Australia Prediksi 50 Persen Kemungkinan Fenomena La Nina

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Selasa, 12 Apr 2016 17:56 WIB
Biro Meteorologi Australia memprediksi kemungkinan terjadinya fenomena La Nina tahun ini semakin meningkat, bahkan mencapai 50 persen.
Ilustrasi (Antara/Mohamad Hamzah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Biro Meteorologi Australia, BOM, memprediksi kemungkinan terjadinya fenomena La Nina tahun ini semakin meningkat, bahkan mencapai 50 persen.

Potensi munculnya La Nina semakin besar karena fenomena El Nino yang terbesar selama 20 tahun terakhir kini mulai mereda. Fenomena El Nino menyebabkan sejumlah kerusakan tanaman di sejumlah negara. Sementara di Indonesia sendiri, El Nino membuat musim kemarau semakin panjang.

Fenomena La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. Berasal dari bahasa Spanyol yang artinya 'Gadis Kecil', fenomena La Nina biasanya dikaitkan dengan periode ketika temperatur permukaan laut selatan Laut Pasifik di sekitar utara Australia, Papua Nugini, dan kepulauan Indonesia menurun. La Nina menyebabkan sering terjadinya hujan, banjir, dan badai di daerah pasifik.
"Perubahan terbaru di Samudera Pasifik yang tropis dan atmosfir, dikombinasikan dengan model iklim saat ini, menunjukkan kemungkinan terjadinya La Nina di 2016 meningkat menjadi sekitar 50 persen," kata BOM pada Selasa (12/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BOM sebelumnya mengindikasikan bahwa pola cuaca El Nino kemungkinan akan berakhir pada kuartal kedua tahun 2016 dan mungkin saja diiring dengan fenomena La Nina.

Para pakar menyatakan La Nina dapat memengaruhi pasokan biji-bijian global, terutama gandum dan jagung. Meski fenomena La Nina menyebabkan sering terjadinya hujan di wilayah pasifik, La Nina justru menyebabkan curah hujan yang cenderung lebih rendah dari rata-rata di kawasan Amerika Utara.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, BMKG, menyatakan bahwa indikasi fenomena La Nina pada tahun ini memang ada. BMKG memonitor bahwa suhu permukaan laut saat ini masih hangat, namun berangsur menurun.
"Indeks suhu permukaan laut terus menurun. Saat ini masih hangat tapi akan terus turun hingga normal pada Mei-Juni nanti," kata Hary Tirtodjatmiko, Kepala Sub-Bidang Informasi Publik BMKG, ketika dihubungi CNN Indonesia.com.

BMKG enggan mengomentari berapa besar kemungkinan fenomena La Nina tahun ini. Namun, BMKG menegaskan bahwa fenomena El Nino yang kuat biasanya disusul dengan La Nina.

"Melihat tahun-tahun sebelumnya, berdasarkan data klimatologi, biasanya kalau terjadi El Nino yang kuat ataupun sedang, diiringi dengan La Nina," ujar Hary, yang enggan mengomentari seberapa besar tingkat kategori La Nina jika fenomena cuaca itu terjadi tahun ini.

Hary juga menyatakan bahwa Indonesia tidak akan terdampak gelombang panas yang kini tengah melanda Malaysia. Pada Senin (11/4), lebih dari 250 sekolah di sejumlah wilayah di Malaysia terpaksa ditutup sementara karena temperatur mencapai di atas 37 derajat Celcius.

"Gelombang panas berkaitan dengan suhu, kelembapan dan pola tekanan di suatu daerah. Sampai saat ini banyak wilayah di Indonesia yang masih turun hujan. Jadi masih dalam situasi kemarau basah," ujar Hary memaparkan. (ama)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL
TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER