Jakarta, CNN Indonesia -- Politisi kontroversial Filipina, Rodrigo Duterte, diprediksi akan memenangkan pemilihan umum presiden setelah 90 persen suara rampung dihitung dan salah satu rivalnya, Grace Poe, sudah mengakui kekalahan.
Hasil hitung cepat pada Selasa (10/5) pagi oleh lembaga pemantau komisi pemilihan umum Filipina menunjukkan bahwa Duterte berhasil merengkuh 39 persen suara.
Dengan perolehan sementara 14,9 juta suara, Duterte unggul 5 juta pemilih dari pesaing terberatnya, Manuel Roxas, yang hanya mendapatkan 8,9 juta suara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyusul di belakangnya adalah Poe dengan perolehan 8,3 juta suara dari 54 juta pemilih. Poe pun langsung mengucapkan selamat kepada Duterte.
"Saya mengucapkan selamat kepada Rodrigo Duterte dan saya berjanji untuk bergabung dengan proses pemulihan bangsa kami dan untuk menyatukan orang sebangsa demi kemajuan negeri kami," ujar Poe seperti dikutip
CNN.
Pada hari pemilu diselenggarakan, Senin (9/5), Duterte sendiri tak mau ambil pusing. Ia bahkan mengaku tidak mengikuti jalannya pemilu dan memilih untuk tidur.
"Anda tahu, pelajaran dalam hidup adalah ada beberapa hal yang di luar kendali Anda. Anda tidak dapat mengontrol pembelian suara dan intimidasi. Kami hanya akan menyerahkannya kepada polisi," ucap Duterte.
Dugaan suap dalam pemilu di Filipina memang ramai diperbincangkan. Seorang pemilih yang enggan diungkap identitasnya mengatakan bahwa ada beberapa orang mewakili politisi tertentu menawarkan sekitar 3.000 peso atau setara Rp2,2 juta untuk satu suara.
"Saya menolak secara halus, tapi saya tahu beberapa orang menerima uang itu," katanya.
Seperti dilansir
AFP, Duterte memang dapat menghipnotis jutaan rakyat dengan solusi brutal tapi cepat yang ia tawarkan untuk melibas kejahatan dan kemiskinan di negaranya. Kedua hal ini dianggap batu sandungan bagi pertumbuhan ekonomi di Filipina.
Kendati demikian, para kritikus sudah memperingatkan bahwa Duterte dapat menjerumuskan kembali Filipina ke dalam masa-masa kelam dengan gaya kepemimpinan diktator, tiga dekade setelah revolusi "Kekuatan Rakyat" menggulingkan rezim Ferdinand Marcos.
Dalam kampanyenya, Duterte berulang kali bersumpah akan membunuh puluhan ribu pelaku kriminal. Ia juga mengancam pemberlakuan kebijakan kekuasaan satu orang jika anggota parlemen tak mematuhinya serta berjanji merangkul pemberontak komunis.
Duterte juga kerap mengumbar kelakar mengenai kehidupan seksualnya dengan mengatakan bahwa ia tak dapat hidup tanpa Viagra.
Namun, Duterte berjanji kepada para pemilihnya bahwa wanita-wanita simpanannya tak memakan banyak biaya karena ia akan menempatkan mereka di rumah kos murah dan membawanya ke hotel kelas bawah untuk berhubungan seks.
Pria berusia 71 tahun itu semakin membuat risih lingkaran diplomatik internasional ketika ia bercanda ingin jadi orang pertama yang memperkosa seorang misionaris Australia. Perempuan itu tewas dalam kerusuhan di penjara Filipina pada 1989.
Diberitakan
Reuters, begitu kontroversialnya ucapan-ucapan Duterte, ia pun sering kali disamakan dengan bakal capres Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.
(ama)