Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok Taliban Afghanistan mengumumkan bahwa Haibatullah Akhunzadaakan memimpin kelompok ini menggantikan Mullah Akhtar Mansour yang tewas dalam serangan drone AS di Pakistan.
Dilaporkan
Reuters, Akhunzada sebelumnya menjabat sebagai wakil Mullah dalam kelompok militan itu. PBB melaporkan Akhuanzada merupakan akademisi agama yang disegani dan mantan ketua mahkakamah agung Taliban. Selain itu, tak banyak yang diketahui soal Akhunzada.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid dalam pernyatannya yang dirilis Rabu (25/5) mengungkapkan bahwa Sirajuddin Haqqani dan Mullah Mohammad Yaqoob ditunjuk sebagai wakil Akhunzada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Haqqani merupakan pemimpin jaringan afiliasi Taliban yang diduga ada di balik rangkaian serangan bom bunuh diri di Kabul. Sementara Mullah Mohammada Yaqoob merupakan putra dari pemimpin Taliban sebelumnya, Mullah Mohammad Omar.
"Semua orang wajib mematuhi Emir al Mukminin (komandan setia)." kata Mujahid.
Penunjukkan Akhunzada, yang diumumkan setelah pertemuan dewan syura Taliban, mengakhiri kesimpangsiuran kabar soal kematian Mansour. Presiden AS, Barack Obama, dalam pernyataan yang dirilis saat ia berkunjung ke Vietnam pekan ini mengonfirmasi bahwa Mansour sudah tewas dalam serangan drone pada Sabtu (21/5) yang diizinkannya di Pakistan.
Namun, Menteri Dalam Negeri Pakistan, Chaudhry Nisar Ali Khan, mengatakan bahwa hingga kini ia belum dapat mengonfirmasi kematian Mansour.
Khan menyatakan bahwa jasad yang ditemukan di Pakistan, dekat perbatasan dengan Afghanistan, hingga kini masih sulit diidentifikasi. Pakistan masih akan melakukan tes DNA dengan kerabat yang sudah datang untuk mengklaim jenazah itu.
Kabar penunjukkan Akhunzada sebagai pemimpin Taliban yang baru tersiar di hari yang sama dengan serangan bunuh diri di sebuah bus yang tengah membawa staf pengadilan. Sebanyak 10 orang tewas dan empat lainnya terluka dalam serangan di wilayah barat ibu kota Afghanistan, Kabul.
Tidak ada kelompok mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.
Taliban mempergunakan ketidakstabilan keamanan sejak pasukan Nato mengakhiri operasi pertempuran utama mereka di Afghanistan pada 2014. Kini, kelompok militan ini menguasai sejumlah wilayah negara sejak mereka digulingkan oleh pasukan yang dipimpin AS pada 2001.
(ama)