Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang bekas sandera militan di Pakistan mengaku disiksa dengan cara yang keji selama empat tahun dalam sekapan. Tidak pernah terbayangkan dalam benaknya saat itu bahwa dia bisa bebas dan kembali berkumpul bersama keluarganya.
Dalam wawancara pertamanya dalam bahasa Inggris dengan Christiane Amanpour dari
CNN, Selasa (17/5), Shahbaz Taseer mengatakan bahwa kehidupan sebagai sandera telah menguji kekuatan dan keimanan seseorang. Kebaikan dari seseorang yang tidak disangka, kata dia, telah membantunya pulang kembali ke rumah.
Taseer diculik militan Gerakan Islam Uzbekistan, IMU, dari kota Lahore pada 26 Agustus 2011. Penculikan dirinya terjadi beberapa bulan setelah ayahnya, Salman Taseer, gubernur Punjab saat itu, dibunuh karena menentang undang-undang penghujatan agama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IMU menurut Taseer terkenal sebagai kelompok militan yang "sadis, tidak kenal ampun dan beranggotakan tentara-tentara terbaik."
Dalam sekapan IMU, Taseer mengaku disiksa dengan cara sadis. Dia direkam video yang dikirimkan ke keluarganya untuk mendesak tebusan. Taseer dicabuti kuku-kukunya, dicambuk dan dijahit mulutnya.
"Mereka mencabuti kuku-kuku saya," kata Taseer.
"Mereka mencambuk saya dengan cambuk dari karet. Hari pertama 100 kali, kemudian meningkat menjadi 200 kali. Mereka mengukir punggung saya dengan pisau, dan menaburkannya dengan garam.
Mereka menjahit mulut saya dan membiarkan saya kelaparan. Mereka menyayat punggung saya, saya dibiarkan berdarah selama tujuh hari tanpa diberi pengobatan," lanjut dia.
Dia mengatakan, salah satu hal yang membuatnya bisa bertahan adalah mendengar suara ibunya melalui telepon. Kelompok bersenjata IMU kerap menelepon ibunya untuk meminta tebusan.
"Saat penculik menelepon ibu saya, bukan saya yang berbicara dengan beliau, tapi mereka. Saya cuma jadi tunggangan. Saya tahu beliau tidak bisa berbicara dengan bebas juga. Tapi saya coba fokus pada suaranya. Saya senang mendengar suaranya," ujar Taseer.
Pada November 2015 terjadi pertempuran berdarah antara Taliban Afghanistan dengan IMU. Shahbaz berhasil melarikan diri di tengah kekacauan. Keluar kandang macan masuk kandang singa, Taseer ditangkap oleh Taliban.
Taliban bukan kelompok penculik dan tidak pernah meminta tebusan. Taseer divonis penjara oleh Taliban selama dua tahun, namun dia dibebaskan oleh seorang anggota Taliban Afghanistan.
"Tidak dipercaya kau bisa menemukan kemanusiaan di tempat tersebut," kata dia.
Dia akhirnya bebas pada 29 Februari 2016 dan berjalan ke Pakistan lalu tiba di kota Kuchlak pada 8 Maret. Hal pertama yang dia lakukan adalah mencoba menelepon ibunya.
Kondisi fisiknya saat itu berantakan. Rambut dan janggutnya panjang, dia sempat dikira Taliban. Warga kota itu menolak membantunya karena penampilannya tersebut. Bantuan kembali datang dari seorang anggota Taliban Afghanistan yang memberikannya pinjaman ponsel untuk menelepon ibunya.
Ibunya langsung mengirim tim untuk menjemput putranya tersebut.
"Kau lupa wajah-wajah orang yang kau cintai. Lalu tiba-tiba kehidupanmu kembali. Ini perasaan yang luar biasa. Bisa melihat istri saya, sarapan dengan ibu saya, berkendara dengan saudara saya atau menonton sepak bola bersama teman-teman," ujar Taseer.
(den)