Jakarta, CNN Indonesia -- Banjir yang melanda wilayah pusat dan selatan China sepanjang pekan ini telah menewaskan 128 orang dan 42 warga dinyatakan hilang.
Selain menelan korban jiwa, banjir ini juga menghancurkan lebih dari 41 ribu rumah dan lebih dari 1,9 juta hektar lahan pertanian hingga diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi sampai 38 miliar yuan, setara Rp74,9 triliun.
Perdana Menteri China, Li Keqiang, pun menyambangi Anhui, salah satu provinsi yang terkena dampak paling hebat pada Selasa (5/7). Ia meminta para petugas untuk melakukan segala upaya untuk melindungi kehidupan masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banjir besar ini disebabkan hujan deras yang membuat Sungai Yangtze meluap. Diperkirakan 1,3 juta penduduk China yang tinggal di pinggiran sungai terpanjang di China itu harus mengungsi.
Saat ini, air di 43 sungai di tengah dan hilir yang mengalir ke Sungai Yangtze mencapai tingkat waspada. Patroli pun memeriksa tanggul secara berkala.
Menurut
Beijing News, hujan juga menyebabkan ketinggian air di Danau Taihu berada pada level tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Jika laporan cuaca yang memprediksi akan adanya angin topan terjadi, maka daerah tersebut juga terancam banjir.
Hujan diperkirakan bergerak ke utara dalam beberapa hari ke depan dan mendekati Sungai Huai.
Kantor berita China,
Xinhua, melaporkan bahwa hingga kini masih belum bisa diperkirakan dampak banjir terhadap hasil panen musim panas.
Tak hanya itu, banjir ini juga menewaskan banyak hewan. Di Anhui, banjir ini mematikan sekitar 7.100 babi, 215 banteng, dan 5,14 juta unggas.
Di Provinsi Hunan, hujan dan banjir menyebabkan lebih dari 100 kereta berhenti beroperasi atau memutar arah sejak Minggu (3/7) malam.
Di salah satu kota di Hunan, sekitar tiga ton bahan bakar dan diesel tumpah dari stasiun pengisian bahan bakar sehingga mencemari air yang kemudian mengalir ke sungai.
Bulan lalu, Wakil Presiden China, Wang Yang, mengingatkan bahwa El Nino bisa berdampak parah dan meningkatkan risiko banjir di pinggiran Sungai Yangtze dan Huai.
El Nino juga pernah menyebabkan banjir terparah dalam 20 tahun terakhir, yaitu ketika 4000 tewas karena banjir Sungai Yangtze pada 1998 silam.
Meski demikian, seorang metereologis kepada Beijing News mengatakan bahwa pola hujan lebih tersebar ketimbang 1998 silam sehingga minim risiko terulangnya bencana dengan dampak yang sama.
(stu)