Jakarta, CNN Indonesia -- Guru Besar Universitas Pertahanan, Salim Said menilai tindakan masyarakat Turki yang menuruti perintah Presiden Recep Tayyip Erdogan belum tentu menunjukkan bentuk dukungan mereka terhadap pemerintahan.
Menurut Salim, apa yang dilakukan masyarakat Turki adalah karena mereka mementingkan kebebasan sendiri.
"Apakah masyarakat mendukung Erdogan? Belum tentu, mereka mendukung kebebasan mereka," ujar Salim dalam sebuah diskusi, Sabtu (16/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Salim, mayoritas masyarakat Turki sudah tak lagi mendukung supremasi militer di negaranya. Sebab, katanya, mereka saat ini lebih mementingkan supremasi sipil.
"Itulah menjadi salah satu sebab kenapa kudeta kali ini tidak berlangsung lama, karena dukungan bagi para pengkudeta tidaklah besar," tuturnya.
Selain tak mendapat dukungan sipil, Salim menilai kegagalan kudeta di Turki kali ini juga disebabkan oleh perpecahan di internal militer Turki. Hal ini terbukti dari aksi kudeta yang hanya diikuti oleh sebagian kecil tentara, tanpa dukungan langsung dari panglima militer Turki.
"Itulah kesalahan kudeta tadi malam, militer sekarang terpecah," kata dia.
Seperti dikutip Reuters, sedikitnya 60 orang tewas dalam upaya kudeta dalam semalam di Turki. Kebanyakan korban tewas adalah warga sipil, yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 40 orang. Sementara belasan lainnya adalah polisi yang terlibat baku tembak dengan tentara.
Kementerian Kehakiman Turki menyatakan, 336 tentara yang terlibat dalam kudeta telah ditahan. Presiden Erdogan di Istanbul mengatakan bahwa pelaku kudeta adalah pengkhianat dan akan ditindak tegas.
Sebelumnya, Erdogan menyerukan perlawanan rakyat untuk menandingi kudeta. Akibatnya ribuan orang tumpah ruah di Istanbul dan Ankara. Saat ini, Erdogan masih meminta para pendukungnya untuk tetap berada di jalan hingga situasi kembali normal.
(ags)