PBB Selidiki Dugaan Penggunaan Gas Beracun di Aleppo

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 12 Agu 2016 16:13 WIB
PBB tengah menyelidiki dugaan penggunaan gas klorin dalam serangan mematikan di kota Aleppo pekan ini, yang menewaskan setidaknya empat orang.
Ilustrasi pertempuran di Aleppo, Suriah. (Reuters/Abdalrhman Ismail)
Jakarta, CNN Indonesia -- Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyelidiki dugaan penggunaan gas beracun jenis klorin dalam serangan mematikan di kota Aleppo yang tengah dilanda pertempuran antara kelompok pemberontak dan pasukan pemerintah.

"Ada banyak bukti bahwa itu benar-benar memang terjadi," kata de Mistura, Kamis (11/8), dikutip dari Al-Arabiya.

De Mistura menegaskan bahwa jika penggunaan gas klorin terkonfirmasi maka serangan itu akan dianggap kejahatan perang.
Pihak sebuah rumah sakit dan kelompok pertahanan sipil menyatakan kepada Reuters bahwa setidaknya empat orang tewas dan sejumlah warga lainnya kesulitan bernapas ketika gas, yang diyakini klorin, dijatuhkan bersama bom barel di wilayah Zabadieh, Aleppo, Rabu (10/8) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hamza Khatib, manajer rumah sakit Al-Quds di Aleppo, mengungkapkan bahwa pihaknya mencatat terdapat empat kematian akibat keracunan gas dan 55 lainnya terluka. Tujuh orang kini masih dirawat di rumah sakit.

Khatib mengatakan ia menyimpang potongan baju yang dikenakan pasien dan sejumlah fragmen bom barel sebagai bukti untuk dianalisis.

Sejauh ini, belum jelas cara untuk memastikan bahwa gas klorin digunakan dalam serangan itu.
Sementara, kelompok pemerhati perang Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, menyatakan bahwa sejumlah helikopter menjatuhi beberapa bom barel di daerah Seif al-Dawla dan Zabadieh, menyebabkan kematian seorang wanita dan anaknya akibat sesak napas.

Ini bukan kali pertama dugaan penggunaan gas klorin mengemuka dalam konflik di Suriah dalam dua minggu terakhir. Mengulangi peringatan kejahatan perang PBB, Amnesty International menyatakan bahwa, "Ini merupakan kali ketiga laporan dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah utara hanya dalam waktu dua pekan dan dilaporkan menewaskan sedikitnya empat orang."

Lembaga pemerhati HAM itu mengonfirmasi setidaknya 60 orang lainnya, sebagian besar anak-anak, menerima perawatan medis setelah menunjukkan gejala khas dari serangan klorin.

"Serangan di Aleppo ini merupakan pelanggaran mencolok lainnya dari hukum kemanusiaan internasional dan memberi sinyal akan pola menyedihkan dalam penggunaan senjata kimia oleh pasukan rezim," kata Magdalena Mughrabi, Wakil Direktur Amnesty International untuk Program Timur Tengah dan Afrika Utara.
Tuduhan ini dilontarkan hanya beberapa jam setelah militer Rusia, yang membantu pasukan pemerintah Suriah, mengumumkan gencatan senjata selama tiga jam mulai 10.00 hingga 13.00 pada Kamis (11/8), untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan memasuki Aleppo yang terkepung.

"Kami menyerukan penghentian segera serangan udara terhadap sasaran sipil di Aleppo. Sangat penting bahwa serangan kimia dan berbagai bentuk kejahatan perang lainnya berakhir sekarang. Kami juga menyerukan jalur bantuan yang bebas dan terbatas hingga dapat menjangkau puluhan ribu warga yang terjebak di kota timur," kata Mughrabi.

Di tengah kondisi perang, mencari bukti penggunaan gas klorin terhadap warga sipil bisa jadi sangat menyulitkan.
"Pertama-tama, kita perlu membuktikan jika senjata kimia memang digunakan. Kedua, kita perlu menentukan pihak mana [dalam konflik Suriah] berada di balik serangan itu. Ketiga, kita perlu menyepakati prosedur apa yang harus dilakukan," kata Presiden Asosiasi Pengacara Arab (IADL), Sabah al-Mukhtar, yang berbasis di London.

Mukhtar mengatakan jika "semuanya terbukti," maka Dewan Keamanan PBB harus mengambil "keputusan" tentang apa yang perlu dilakukan. Mukhtar menyinggung bahwa hingga kini Amerika Serikat masih belum siap untuk terlibat lebih jauh dalam konflik Suriah. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER