Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Administrasi Dalam Negeri Yaman, Abdulraqeb Saif Fateh, mengatakan bahwa pembangunan kembali negaranya yang hancur akibat perang sipil dapat memakan biaya hingga US$15 miliar atau setara Rp199,3 triliun.
"Bank Dunia memperkirakan butuh dana sekitar US$15 miliar," ujar Fateh kepada
AFP di sela acara loka karya mengenai pemulihan kondisi Yaman pada Rabu (31/8).
Fateh tak menjabarkan detail penggunaan dana tersebut. Namun akibat perang ini, Yaman kini dilanda kekurangan makanan, air, sanitasi, dan layanan kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Loka karya untuk pembangunan kembali Yaman ini sendiri dihadiri oleh lembaga donor internasional dan diinisiasi oleh pemerintah dan Dewan Kerja Sama Teluk.
Sementara itu, perang kian berkecamuk di Yaman pasca dimulainya perundingan damai antara pemerintah dan kelompok pemberontak Houthi yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada awal Agustus lalu.
Beberapa ahli menilai konflik ini tidak akan berhenti dalam waktu dekat meskipun Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mengatakan bahwa akan ada inisiatif perdamaian baru.
Fateh pun mengaku sulit meyakinkan para pendonor internasional setelah melihat yang terjadi. Namun, pemerintah akan terus berupaya menajalankan program yang transparan dan akuntabel.
Perundingan damai akan terus dilanjutkan. Dalam perkembangan terakhir, Houthi menyatakan kesediaan mereka untuk berunding jika Saudi menghentikan serangan terlebih dahulu.
Saudi melancarkan serangan udara di Yaman sejak Maret tahun lalu untuk membantu pemerintahan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi yang terdesak hingga kabur ke Riyadh setelah istana kepresidenan diambil alih oleh Houthi pada Januari 2015.
(den)