Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Israel menutup stasiun radio Palestina, Al-Sanabel, yang terletak di daerah Tepi Barat atas tuduhan "penghasutan" ke arah kekerasan.
"Stasiun radio itu berulang kali menyiarkan konten yang mendorong, mempromosikan, dan mengagungkan kekerasan dan terorisme terhadap Israel," ujar seorang juru bicara tentara Israel kepada
AFP, Rabu (31/8).
Dalam operasi satu malam di daerah Dura itu, tentara Israel menahan lima orang. Kepolisian Palestina mengonfirmasi bahwa satu dari antara lima orang tersebut merupakan direktur Al-Sanabel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, alat-alat siaran juga disita. Pintu kantor stasiun radio itu pun dilaporkan rusak akibat operasi tersebut. Tentara juga memberikan surat peringatan bahwa stasiun radio itu ditutup selama tiga bulan.
Israel sudah menutup setidaknya empat stasiun radio sejak gelombang kekerasan mulai kembali melanda kedua negara pada Oktober lalu.
Hingga kini, rangkaian kekerasan itu telah menewaskan 222 orang Palestina, 34 warga Israel, dua orang Amerika, seorang dari Eritrea, dan Sudan.
Menurut otoritas Israel, kebanyakan warga Palestina yang tewas tersebut membawa pisau, pistol, atau menabrakkan mobilnya ke pos keamanan.
Sementara itu, sejumlah orang lainnya ditembak mati oleh pasukan Israel ketika mengadakan aksi protes. Ada pula yang tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza.
Beberapa analis mengatakan bahwa kekerasan ini terjadi karena keputusasaan Palestina terhadap pendudukan Israel dan pembangunan permukiman di Tepi Barat sehingga membuat proses perdamaian kian tersendat.
Namun, pihak Israel mengatakan bahwa hasutan dari para pemimpin Palestina dan media lah yang menyebabkan kekerasan itu terjadi.
(den)