Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pelarian Turki mengatakan bahwa Presiden Recep Tayyip Erdogan telah memecah belah negara itu menjadi dua. Selain itu, kudeta militer yang terjadi pada Juli menurut dia sangat janggal.
"Saya tidak memperkirakan adanya kudeta, tapi saya memperkirakan adanya perang sipil di Turki. Erdogan memecah belah rakyat, antara pecinta dan pembenci dirinya," ujar Necati Yerad Ozal, seorang hacker yang lari dari Turki kepada CNNIndonesia.com, Selasa (4/9).
Ozal berada di Jakarta setelah kabur dari Turki pada Juni lalu karena dituduh mencuri dokumen publik, sebulan sebelum kudeta militer pecah di Istanbul dan Turki. Dia mengaku sebagai aktivis siber untuk kebebasan berbicara dan opini, terlibat dalam berbagai aksi termasuk aksi di Taksim Square, Istanbul, Occupy Turkey, pada tahun 2013 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ozal mengaku tidak mendukung kudeta dan tidak terlibat dalam gerakan Fethulleh Gulen yang dituding berada di baliknya. Namun dia mengatakan bahwa harus ada seseorang yang menghentikan Erdogan.
"Saya tidak bisa menerima adanya kudeta, tapi komunitas internasional harus menghentikan Erdogan," ujar Ozal.
Erdogan kata dia selalu menyinggung dukungan dari 50 persen rakyat Turki, jumlah orang yang memilihnya dalam pemilu 2014 lalu, jika ada yang menentang kepemimpinannya. Hal ini bisa berpotensi mengadu domba rakyat Turki.
"Tidak ada yang namanya pemerintahan di Turki, hanya ada seseorang bernama Erdogan," ujar Ozal.
"Dia tidak hanya khawatir kepada Gulen, tapi dia berperang dengan semua orang yang melawannya atau punya opini tentang dirinya, saya adalah salah satunya," ujar Ozal.
Usai kudeta pada 15 Juli lalu, Turki telah menahan 32 ribu orang dari berbagai sektor di pemerintahan, termasuk militer, dosen, dan para guru, karena dituding terlibat gerakan Gulen.
Erdogan bersumpah akan membersihkan gerakan Gulen hingga ke akarnya. Permohonan deportasi Gulen belum juga dikabulkan oleh Amerika Serikat.
Gulen sendiri yang saat ini tinggal di Philadelphia bergeming. Dia mengaku tidak terlibat dalam kudeta tersebut dan malah balik menuding Erdogan.
Ozal juga meyakini Erdogan turut bermain dalam kudeta tersebut. Dia mengatakan bahwa kondisi di Turki sangat membingungkan bagi rakyatnya, terutama soal kudeta militer yang tiba-tiba pecah dan selesai dalam waktu satu hari.
"Saya telah hidup di Turki 23 tahun, namun sampai sekarang tidak mengerti apa yang terjadi di Turki," tutur Ozal.
"Kami banyak berbicara, berdiskusi, setiap hari. Tapi tetap saja ada pertanyaan, banyak hal aneh yang terjadi di negara itu," lanjut dia.
Saat ini ahli komputer jaringan dan piranti lunak itu tengah mencari suaka di Amerika Serikat. Sebelumnya dia kabur ke Jepang sebelum akhirnya ke Bali lalu berlabuh di Jakarta.
Tiba di kantor CNNIndonesia.com pada Selasa, Ozal mengaku takut jika tertangkap oleh intelijen Turki. Namun dia ingin kasusnya ini didengar publik.
Ditanya apakah dia akan kembali ke negaranya, dia menjawab, "Saya tidak akan kembali ke Turki karena negara itu akan hancur karena Erdogan."
(den)