Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan sekolah di kawasan Kashmir ditutup tanpa batas waktu sebagai buntut dari serangkaian kekerasan antara pasukan keamanan India dan Pakistan, yang telah menewaskan 14 warga.
Pihak berwenang di wilayah Kashmir yang dikuasai India menyatakan hampir 300 sekolah diperintahkan ditutup dari Rabu (2/11) pagi, menyusul kematian delapan warga sipil dalam serangan mortir di sepanjang perbatasan di wilayah Jammu dan Kashmir.
"Hampir 300 sekolah, baik yang dikelola swasta maupun pemerintah di Jammu, Samba, dan Kathua diminta untuk tutup," ujar Pawan Kotwal, pejabat tinggi pemerintahan sipil di Jammu, kepada
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memaparkan bahwa kondisi di wilayah perbatasan sepanjang malam ini sudah relatif tenang dengan hanya beberapa insiden penembakan lintas batas di beberapa daerah.
Insiden terakhir dari rangkaian serangan ini terjadi pada Selasa (1/11), ketika delapan warga sipil, termasuk dua anak, tewas akibat tembakan mortir yang menghantam dua lokasi di sektor Samba dan Rajouri.
Pada Senin (31/10), pihak berwenang Pakistan menyatakan enam warga sipil, termasuk seorang gadis berusia 18 bulan, tewas dalam serangan penembakan yang diluncurkan pasukan keamanan India yang beroperasi di Jammu.
Terkait serangan ini, Islamabad memanggil seorang diplomat senior India untuk mengajukan protes.
Ketegangan antara dua negara tetangga pemilik senjata nuklir ini bermula pada Juli lalu, ketika seorang pemimpin separatis muda Muslim dibunuh oleh pasukan keamanan di Kashmir.
Hubungan kembali memanas pada September saat sejumlah militan menyerang markas militer di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Sebanyak 18 tentara India tewas dalam serangan yang disebut didukung oleh Pakistan itu.
India dan Pakistan juga saling mengusir diplomat negara rivalnya. India mengusir seorang diplomat Pakistan yang berbasis di New Delhi, yang diduga mengepalai jaringan mata-mata dan tengah mengumpulkan informasi sensitif soal operasi keamanan India di sepanjang perbatasan.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengumumkan pengusiran diplomat India, Surjeet Singh, yang dituduh melakukan kegiatan "yang melanggar Konvensi Wina dan norma diplomatik."
Islamabad juga menolak bertanggung jawab atas memburuknya hubungan diplomatik kedua negara. Sementara di India, banyak pihak menyerukan boikot aktor dan aktris Bollywood yang berasal dari Pakistan. Sebaliknya, bioskop Pakistan kemudian sepakat tak lagi menyiarkan film Bollywood.
Pertengahan Oktober lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi membawa kisruh dengan Pakistan ke Konferensi Tingkat Tinggi BRICS. Dia mengatakan Pakistan adalah "kapal induk terorisme" di hadapan kepala negara anggota BRICS lainnya - Brasil, Rusia, China, dan Afrika Selatan.
Pada September lalu, India menyeret perseteruan dengan Pakistan ke ranah global dengan membahasnya dalam Sidang Umum PBB. Langkah ini diambil India sebagai bagian dari kampanye untuk mengucilkan Pakistan di PBB di kalangan internasional.
(ama)