Jakarta, CNN Indonesia -- Meski berada dalam kepungan konflik antara Palestina dan Israel, sekelompok anak muda itu tak luntur semangatnya untuk menunggangi ombak.
Mereka adalah Gaza Surf Club. Ini adalah klub anak-anak muda yang mencintai olahraga selancar di Gaza yang dikurung konflik.
Dikutip dari Washington Post, diketahui bahwa klub tak resmi ini didirikan pada 2008 lalu atas bantuan sebuah organisasi nirlaba dari Amerika Serikat, Explore Corps.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di antara anak-anak muda itu dulunya ada empat perempuan: Rawand, Shoruq, Sabah, dan Kholoud. Satu-satunya yang bertahan agak lama adalah Sabah Abu Ghanim.
Profilnya muncul dalam dokumenter Jerman bertajuk Gaza Surf Club, yang diputar di berbagai festival film tahun ini.
Tapi tak lama lagi, nama Sabah pun bakal hilang dari Gaza Surf Club. Menyusul teman-temannya, Sabah siap-siap akan dinikahkan pada usianya yang baru 17 tahun.
Jalur Gaza adalah kawasan yang terkurung konflik. Tak hanya itu, dibandingkan kawasan lain di Palestina, daerah ini terbilang konservatif.
Kawasan ini dikuasai Partai Hamas.
Gadis Palestina biasanya berpeluang lebih besar untuk mendapat peran lebih besar di dalam masyarakat. Mereka bisa berkarier atau memiliki bisnis sendiri. Ada juga yang aktif dalam olahraga kompetitif.
Tapi di Gaza, ceritanya berbeda.
Ghanim mulai belajar berselancar sejak usia 5 tahun dan diajari oleh sang ayah, Rajad Abu Ghanim. Kini usianya 17 tahun dan orangtua sudah merancang pernikahannya pada bulan ini juga.
Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas, Ghanim memang lebih banyak berdiam di rumah, yang menghadap laut Mediterania itu.
“Kami keluarga Muslim. Masa depan Sabah tergantung pada suaminya nanti,” tutur Sabrine Abu Ghanim, sang ibu, kepada NPR.
Ghanim menyusul sang kakak, yang juga meninggalkan dunia selancar karena menikah, beberapa tahun lalu.
Sang ayah memang selalu mengajari anak-anaknya berselancar. Rajad adalah seorang penjaga pantai dan ahli memperbaiki kapal. Dia juga menyukai selancar, sebelum kakinya cedera.
Untuk membelikan papan seluncur bagi Sabah Abu Ghanim, sang ayah harus menabung dan duitnya hanya cukup membeli papan seluncur bekas dari Israel.
Apa yang dirasakan gadis cantik itu? “Saya berharap bisa kembali jadi anak-anak saja,” katanya. “Itu saat-saat saya merasa bebas, berselancar.”
(ded/ded)