Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Luar Negeri RI belum bisa mengkonfirmasi kabar mengenai tewasnya Salim Mubaroq Atamimi alias Abu Jandal saat berperang bersama ISIS di Irak.
Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir menyatakan, isu tewasnya Abu Jandal beredar begitu saja di media sosial sehingga sulit untuk diverifikasi kebenarannya.
Sejauh ini, Kemlu belum mendapatkan informasi lebih lanjut dari polisi maupun Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkait hal ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami belum dapat informasi (adanya informasi kematian Abu Jandal). Kami tahu kabar ini pertama kali dari media sosial sehingga belum bisa konfirmasi apa-apa," ucap Arrmanatha di Jakarta, Kamis (10/11).
Arrmanatha berujar, sejauh ini Kemlu tidak memiliki perwakilan di wilayah konflik di Irak sehingga kabar ini akan sulit dikonfirmasi.
"Tidak ada perwakilan negara asing yang beroperasi di wilayah konflik Irak jadi sulit untuk kami konfirmasi. Lagi pula yang bersangkutan (Abu Jandal) tidak melaporkan kepada Kemlu saat pergi ke Suriah," kata Arrmanatha.
Informasi mengenai tewasnya Abu Jandal pertama kali diterima oleh BNPT pada Rabu (9/11). Deputi bidang Kerjasama Internasional BNPT Inspektur Jenderal Petrus Golosse mengatakan, tengah mendalami informasi ini.
Kami harus cek sidik jari, DNA, ciri-ciri dan kerabat yang bersangkutan. Jadi belum bisa ditentukan dia sudah meninggal dunia hingga proses itu dilaksanakan," kata Petrus dalam konferensi pers di Bali.
Polisi meyakini Abu Jandal sebagai satu di antara tiga WNI berpengaruh di Suriah. Dua orang lainnya adalah Bahrumsyah dan Bahrun Naim, yang diyakini bertanggungjawab atas serangan teror di Thamrin, Jakarta, akhir 2015.
Sebelumnya, Abu Jandal menampilkan diri di sebuah video yang diunggah ke situs YouTube akhir tahun 2014. Dalam video itu, dia menantang Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Densus 88, dan Banser GP Ansor.
Dalam video berdurasi empat menit itu, seorang pria yang fasih berbahasa Indonesia, diduga Abu Jandal, menyatakan rasa suka citanya dengan rencana kedatangan TNI membantu pasukan koalisi memerangi ISIS.
Pria itu juga mengancam, jika bukan TNI yang datang memerangi ISIS, maka mereka yang akan ke Indonesia.
(ama)