Otoritas Israel Tahan 22 Tersangka Pelaku Pembakaran

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Senin, 28 Nov 2016 11:26 WIB
Kepolisian Israel menahan sekitar 22 orang terduga pelaku pembakaran yang telah menghanguskan berbagai daerah di wilayah tengah dan utara Israel.
Sebuah pesawat berupaya memadamkan api yang melahap sebagian hutan di wilayah Nataf, Israel (Reuters/Ronen Zvulun)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Israel menahan sekitar 22 orang terdugapelaku pembakaran yang telah menghanguskan berbagai daerah di wilayah tengah dan utara Israel sejak Selasa pekan lalu.

Dari 22 tersangka yang sempat ditahan polisi, delapan di antaranya telah dibebaskan, sementara satu lainnya merupakan warga Palestina yang diduga terlibat dalam kebakaran hutan di sekitar komunitas Yahudi kecil Beit Meir dekat Yerusalem.

Melansir New York Times, Menteri Keamanan Publik Israel, Gilad Erdan menyebutkan pihaknya telah telah menemukan bukti adanya kesengajaan dalam kebakaran tersebut. Otoritas Israel, tutur Erdan, menemukan barang bukti berupa bahan bakar bensin yang digunakan untuk menyulut api dan membakar hutan di wilayah Zikhron Yaaqov.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang pria yang berasal dari Yerusalem dilaporkan telah ditangkap akibat tuduhan pembakaran tersebut.

"Kesimpulannya sejauh ini adalah pembakaran," kata Erdan kepada wartawan pada Jumat (25/11) lalu.

Sejauh ini otoritas Israel belum memberikan informasi lebih lanjut terkait pemeriksaan para tersangka tersebut. Pejabat Israel menuding warga Palestina berada dibalik kebakaran yang telah menyebabkan sekitar 60 ribu warga di Haifa mengungsi itu. 

"Siapapun yang melakukan pembakaran tidak berhak menjadi warga Israel dan status kewarganegaraan mereka harus dicabut," ungkap Menteri Kebudayaan Israel, Miri Regev.

Melalui sebuah pernyataan resmi, seorang legislator yang tergabung dalam Daftar Bersama atau Joint List, Jamal Zahalka menyebutkan, pejabat Israel bahkan "menuduh kelompok minoritas Arab di Israel sebagai pelaku pembakaran." Joint List merupakan aliansi politik dari empat partai besar Arab yakni Hadash, the United Arab List, Balad, dan Ta'al di Israel.

Namun, pemimpin negara Arab mengecam dan memperingatkan otoritas Israel untuk tidak melontarkan tuduhan tanpa adanya bukti yang jelas.

"Sangat disayangkan ketika para pejabat (Israel) malah mendorong adanya perpecahan di antara masyarakatnya," kata Jamal.

Sekitar 1,6 juta warga Palestina tinggal di wilayah pendudukan Israel. Mereka kerap menjadi target tuduhan tindak kriminal yang terjadi di wilayah itu. Jika warga Palestina terbukti menjadi pelaku pembakaran maka insiden ini dinilai berpotensi menganggu rekonsiliasi konflik panjang antar kedua negara.

Kebakaran yang terjadi di wilayah tengah dan utara Israel terjadi sejak Selasa (22/11) dan intensitasnya meningkat mulai Kamis (24/11), dipicu oleh cuaca yang kering dan angin timur yang kuat. Kebakaran menghanguskan sejumlah bangunan di beberapa lokasi selama tiga hari terakhir. 

Selain Kota Haifa, kebakaran lainnya juga terjadi di dekat Kota Yerusalem dan Galilea, bagian utara Israel. Ratusan warga Nataf, sebuah komunitas kecil Yahudi, turut dievakuasi dari lokasi kebakaran.

Petugas pemadam kebakaran baru berhasil menjinakkan sebagian besar api pada Jumat malam. Pemerintahan Israel pun meminta bantuan dari sejumlah negara tetangga untuk mengatasi kebakaran tersebut. Yunani, Siprus, Kroasia, Turki dan Rusia menawarkan bantuan, dan beberapa pesawat dari negara itu sudah bergabung upaya untuk memadamkan kobaran api.

Bahkan, Otoritas Palestina mengirimkan empat tim pemadam kebakaran untuk membantu memadamkan kobaran api yang melalap wilayah tengah dan utara Israel. Peristiwa ini jarang terjadi di tengah gejolak konflik yang tak kunjung henti di antara kedua negara ini. 

Sebuah pesawat pemadam kemabakan "Super Tanker dari Amerika Serikat" juga telah mendarat di Israel untuk membantu proses pemadaman api. Media Israel melaporkan, sekitar 50 petugas pemadam kebakaran AS ikut bergabung dalam operasi pemadaman api tersebut.



(ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER