Jakarta, CNN Indonesia -- Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi, untuk segera mengunjungi dua kota di negara bagian Rakhine, di mana kekerasan terhadap kaum minoritas Muslim Rohingya dilaporkan terus terjadi.
"Saya juga meminta Daw Suu (Kyi) mengunjungi Maungdaw dan Buthidaung untuk menegaskan kepada populasi sipil di sana bahwa mereka akan dilindungi," ujar Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Myanmar, Vijay Nambiar, sebagaimana dikutip dalam
situs resmi PBB, Kamis (8/12).
Nambiar mengatakan bahwa otoritas Myanmar selama ini seakan enggan mengambil langkah tegas terhadap kelompok garis keras. Mereka justru seolah lebih memilih mempertahankan diri dari kecaman internasional ketimbang menjamin keamanan bagi populasi lokal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nambiar, sikap otoritas Myanmar ini tak hanya membuat warga lokal frustrasi, tapi juga mengecewakan masyarakat internasional. Ia pun kembali mendesak agar pemerintah segera mengambil langkah konkret.
"Hanya dengan merespons secara konkret, pemerintah dapat menyelesaikan krisis dan mempertahankan posisinya di dunia internasional," ucap Nambiar.
Tak hanya mendesak pemerintah, Nambiar juga meminta rakyat Myanmar bersatu menentang kekerasan dan perpecahan yang diprovokasikan oleh "satu elemen kriminal di kawasan."
Isu mengenai kekerasan terhadap Rohingya di Myanmar kembali mencuat setelah insiden penyerangan pos pengamanan di tiga wilayah perbatasan Myanmar oleh sejumlah kelompok bersenjata pada 9 Oktober lalu. Pemerintah Myanmar menuding "teroris Rohingya" berada di balik serangan itu, meskipun belum ada bukti konkret.
Sejak penyerangan itu, militer Myanmar meningkatkan pengawasan ketat dengan melakukan "operasi pembersihan" di wilayah Rakhine. Alih-alih memburu para pelaku penyerangan, militer Myanmar diduga malah menyerang etnis Rohingya secara membabi buta.
Reuters melaporkan, setidaknya 86 nyawa melayang dan 30 ribu orang melarikan diri akibat serangkaian aksi kekerasan militer terhadap Rohingya di Rakhine sejak Oktober lalu. Lebih dari 1.000 rumah warga Rohingya di lima desa di Rakhine juga dilaporkan hangus terbakar karena serangan militer.
Kekerasan sejak awal Oktober ini merupakan insiden berdarah terparah sejak bentrokan antara umat Buddha dan Rohinya yang terjadi pada 2012 lalu. Insiden itu menewaskan ratusan orang.
Konflik ini pun menjadi tantangan bagi Suu Kyi yang pada tahun lalu memenangkan pemilihan umum dengan janji akan segera melakukan rekonsiliasi.
(has)