Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Amerika Serikat lebih memilih untuk memantau uji coba rudal antarbenua (ICBM) Korea Utara alih-alih menggagalkannya. Dengan catatan, peluncuran tersebut tidak memberikan ancaman.
"Jika rudal itu mengancam, akan kami cegat. Jika tidak mengancam, kami tidak perlu melakukannya," kata Menteri Pertahanan Ash Carter, sebagaimana dikutip
Reuters, Rabu (11/1).
Pernyataan ini menanggapi Korea Utara yang mengklaim bisa melakukan uji coba ICBM kapan saja dari lokasi mana saja yang ditentukan pemimpinnya, Kim Jong-un. Negara yang masih dalam status berperang dengan Korea Selatan itu menyatakan kebijakan AS adalah alasannya untuk terus mengembangkan persenjataan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena mungkin lebih menguntungkan bagi kami untuk, pertama-tama, menghemat persenjataan, dan kedua, mengumpulkan informasi intelijen daripada melakukan itu, jika rudal tidak mengancam," kata Carter.
Pejabat utama militer AS, Jenderal Marinir Joseph Dunford, sepakat dengan pernyataan Carter. Namun, jenderal yang menjabat sebagai kepala staff gabungan itu tidak membahas secara spesifik langkah yang akan dilakukan.
Jika dilihat dari bahasa yang digunakan Carter, kemungkinan aksi militer menanggapi peluncuran ICBM Korut masih terbuka.
Pernyataan tersebut dilontarkan sepekan setelah Presiden terpilih Donald Trump bersumpah Korea Utara tidaka akan bisa memenuhi ancamannya untuk menguji coba rudalantar benua. "Itu tidak mungkin terjadi!" kata Trump melalui akun Twitter-nya kala itu.
Mencegah uji coba ICBM bukan perkara mudah dan Trump tidak mengindikasikan bagaimana cara dia memutar balik program senjata Korea Utara setelah dia menjabat. Hal itu belum pernah bisa dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya, baik dipimpin Demokrat maupun Republik.
Peninjauan yang dirilis oleh bagian pengetesan Pentagon menyatakan senjata pencegat rudal milik AS masih belum bisa diandalkan sepenuhnya. Sistem itu masih belum bisa secara utuh melindungi negara tersebut.
Jika sudah sepenuhnya dikembangkan, ICBM Korut bisa mencapai Amerika Serikat yang berjarak 9.000 kilometer. Rudal antar benua mempunya jarak minimal sejauh 5.500 kilometer, meski ada juga yang didesain untuk menghantam target di jarak 10 ribu kilometer atau lebih jauh.