Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan Al Qaidah mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom mobil di kamp militer di Mali yang menewaskan 60 orang pada Rabu (18/1).
Dalam pernyataan yang diterjemahkan oleh Kelompok Intelijen SITE, Al Qaidah mengatakan bahwa serangan itu merupakan peringatan bagi militer Mali yang bekerja sama dengan Perancis.
"Kami tak mengizinkan pendirian barak dan markas atau patroli dan konvoi milik penjajah Perancis yang digunakan untuk mengobarkan perang dengan mujahidin," demikian kutipan pernyataan tersebut, sebagaimana dikutip
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru bicara pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali (MINUSMA), Radhia Achouri, menuturkan bahwa serangan ini terjadi sekitar pukul 09.00.
Saat itu, sebuah mobil yang membawa bahan peledak merangsek masuk ke dalam kamp dan menabrak orang-orang di depannya.
"Setelah itu, mobil itu meledak di tengah 600 orang yang sedang apel," ujarnya.
Kamp tersebut adalah rumah bagi militer pemerintah dan sejumlah personel pasukan bersenjata lainnya yang melaksanakan patroli gabungan. Mereka mengamankan perjanjian perdamaian yang diprakarsai PBB.
Intervensi Perancis pada 2013 mengusir beberapa kelompok militan, termasuk sel Al Qaidah yang menguasai bagian utara Mali setahun sebelumnya.
Walau demikian, kelompok militan tersebut masih beroperasi di kawasan dan pemberontak pun berseteru dengan milisi pro pemerintah.