Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga kemanusiaan pemerhati hak anak Save the Children melaporkan, sekitar 350 ribu anak dari total 750 ribu penduduk sipil Suriah yang terkepung di Kota Mosul, Irak, diancam dibunuh jika mencoba melarikan diri dari ISIS.
Tiga perempat juta warga sipil masih terkepung di Mosul yang kini menjadi pusat pertempuran militer Irak dan ISIS. Mereka yang terjebak di wilayah itu dikabarkan tidak terjangkau oleh bantuan kemanusiaan. Sebagian besar warga sipil di sana mulai kehabisan persediaan makanan, air, dan kebutuhan dasar.
"Anak-anak terjebak dan tidak bisa melarikan diri dari kepungan [ISIS]," ungkap Direktur Save the Children Irak, Maurizio Crivallero seperti dikutip
The Independent pada Rabu (1/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini dibenarkan oleh Mahmoud, salah seorang tenaga medis yang kini tinggal di wilayah Mosul bagian timur, bebas dari pendudukan ISIS.
"Saya beberapa kali berbicara kepada anggota keluarga saya yang masih berada di Mosul bagian barat. Mereka menyatakan selalu berdiam diri di dalam rumah dan kini pasokan makanan mereka mulai menipis," ungkap Mahmoud.
"Tidak ada yang bisa memenuhi kebutuhan anak-anak mereka. Di wilayah itu, tidak ada makanan atau susu untuk bayi. tidak ada pasar yang buka, persedian makanan juga sudah menipis," katanya.
Mahmoud mengaku memang ada risiko besar bagi keluarga yang mencoba melarikan diri dari dekapan ISIS di wilayah itu. Kelompok teroris itu bisa saja membunuh langsung siapa saja yang kedapatan ingin mencoba kabur keluar Mosul.
"Sekali saya pernah mencoba menyelundupkan diri saya keluar dengan bantuan seseorang. Namun orang itu kemudian menolak mengeluarkan saya dari Mosul karena dia melihat sebuah keluarga yang terdiri dari sembilan orang tewas di depan matanya," katanya menambahkan.
Krisis kemanusiaan di wilayah itu dilaporkan semakin meningkat, seiring dengan operasi militer Irak yang mulai memasuki wilayah Mosul bagian barat sejak Oktober 2016 lalu. Mosul merupakan salah satu kota terpenting ISIS di Irak. ISIS telah menduduki kota itu sejak awal penyebarannya di Irak pada 2014 lalu.
Rute perdagangan kota itu terputus selama berbulan-bulan. Jembatan penghubung ke wilayah-wilayah lainnya di bagian timur hancur. Saat ini, tidak ada rute aman bagi penduduk sipil yang hendak keluar dari sebagian wilayah Mosul yang dikontrol ISIS.
 Nasib bocah Mosul terancam ISIS. (Reuters/Goran Tomasevic) |
Tak hanya itu, Crivallero menuturkan, banyak senjata dan ranjau mematikian tersimpan sembarangan di berbagai penjuru kota. Hal ini semakin membahayakan bagi warga sipil khususnya anak-anak yang berusaha melarikan diri dari dekapan ISIS.
Save the Children menyerukan pasukan Irak dan sekutu mereka termasuk Amerika Serikat dapat mengambil setiap tindakan pencegahan yang bisa meminimalkan resiko warga sipil, khsusunya anak-anak menjadi korban dalam operasi militer tersebut.
Lembaga itu mendesak pemerintah Irak dan sekutu bisa menjamin warga sipil yang masih terkepung di kota itu dapat keluar dari zona perang secepat mungkin dan dalam keadaan selamat.
"Kita harus memastikan jika seluruh upaya kemanusiaan adalah mungkin dan bisa dilakukan untuk melindungi keluarga dan anak-anak dari bahaya perang," ujar Cravillero.
(aal)