Militer Kembali Bentrok dengan Militan di Myanmar

CNN Indonesia
Senin, 20 Feb 2017 14:15 WIB
Dua pasukan militer dikabarkan terluka dalam bentrokan dengan puluhan militan saat hendak membangun pagar perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Dua pasukan militer dikabarkan terluka dalam bentrokan dengan puluhan militan saat hendak membangun pagar pembatas di perbatasan Myanmar-Bangladesh. (Reuters/Soe Zeya Tun)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kantor Penasihat Negara Aung San Suu Kyi melaporkan, dua tentara Myanmar cedera dalam bentrokan dengan kelompok bersenjata yang kembali terjadi di negara bagian Rakhine, tempat dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya kerap terjadi.

Insiden ini muncul tak lama usai pemerintah mengklaim situasi di Rakhine telah stabil dan menghentikan operasi pengamanan di wilayah tersebut.

"Pasukan pengamanan diserang oleh sekitar 30 kawanan bersenjata berseragam hitam tak dikenal saat membangun pagar perbatasan antara Mile Post 56 dan 57 di Buthidaung, bukit-bukit dekat perbatasan Bangladesh," bunyi pernyataan kantor tersebut seperti dikutip Reuters, Senin (20/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua tentara terluka setelah bentrokan selama lima menit itu terjadi sekitar Jumat (17/2) sore.

Kelompok bersenjata itu dilaporkan mundur ketika pasukan militer berhasil membalas mereka dengan tembakan. Beberapa dari mereka dikabarkan tewas dalam bentrokan, meski pasukan keamanan masih menyelidiki dan memastikan jumlah dari kawanan mereka.

Sementara itu, militer dan pemerintah masih enggan memberikan komentar lebih rinci mengenai insiden ini. Petugas keamanan perbatasan Bangladesh juga belum bisa dihubungi untuk memberikan keterangan.

Kejadian ini sama persis terjadi seperti bentrokan awal Oktober lalu yang kembali mengincar kaum Rohingya di negara itu.

Isu kekerasan terhadap Rohingya kembali mencuat sejak insiden penyerangan pos pengamanan di tiga wilayah perbatasan Myanmar di Rakhine oleh sejumlah kelompok bersenjata pada 9 Oktober lalu, menewaskan 9 polisi.

Pemerintah Myanmar menuding "teroris Rohingya" berada di balik serangan, meski belum ada bukti konkret.

Militer Myanmar kemudian memperketat pengawasan dengan melakukan operasi di wilayah Rakhine.

Alih-alih memburu para pelaku penyerangan, militer Myanmar diduga malah menyerang etnis Rohingya secara membabi-buta hingga menewaskan setidaknya 80 orang.

Sejak bentrokan terjadi, setidaknya 70 ribu kaum Rohingya juga dikabarkan telah melarikan diri keluar Myanmar.

Komisi HAM PBB bahkan memperkirakan jumlah kaum Rohingya yang menjadi korban ini bisa mencapai ribuan orang.

Selama ini aparat Myanmar menampik segala tudingan yang menjurus pada pelanggaran HAM tersebut.

Namun, pendirian pemerintahan Suu Kyi ini mulai goyah menyusul laporan PBB yang membenarkan dugaan pelanggaran HAM di negaranya.

Suu Kyi baru-baru ini berjanji memulai penyelidikan dugaan kasus pelanggaran HAM yang menimpa negaranya itu.

Pemerintahnya juga tengah membentuk "departemen penyelidikan" untuk mencari tahu soal dugaan kekejaman yang dilakukan aparat keamanan negaranya tersebut.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER