Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengecam keras aksi teror yang mengguncang negaranya pada Rabu (22/3). Menurutnya, teroris sengaja melaksanakan aksinya tersebut di Westiminster, jantung Kota London, untuk menghancurkan nilai-nilai keberagaman.
“Lokasi itu bukan sebuah kebetulan. Teroris memilih menyerang di jantung ibu kota kami, di mana orang dari segala kebangsaan, agama, dan kebudayaan datang bersama untuk merayakan nilai-nilai kebebasan, demokrasi, dan kebebasan berpendapat,” ujar May, sebagaimana dilansir
Reuters.
Namun menurut May, upaya untuk menghancurkan nilai-nilai itu gagal total. Tak lama setelah insiden ini saja, para netizen langsung menyampaikan solidaritas mereka dengan mengunggah pesan dengan tanda pagar #WeAreNotAffraid. Para kepala negara asing juga mengucapkan belasungkawanya.
Meskipun pelaku dan motif serangan ini belum diketahui, kepolisian Inggris mengatakan bahwa insiden ini akan diselidiki layaknya serangan teroris. Hingga kini, polisi masih menghimpun informasi dan baru mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas akibat insiden ini mencapai empat orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Empat orang tewas, termasuk seorang polisi yang menjaga gedung parlemen, juga pria yang diyakini sebagai pelaku penyerangan yang ditembak mati oleh petugas,” ujar seorang pejabat senior kontra-terorisme Inggris, Mark Rowley, sebagaimana dikutip Reuters.
Rowley menuturkan, insiden ini bermula ketika sebuah mobil melaju kencang di Jembatan Westminster, menabrak pejalan kaki, serta melukai setidaknya tiga petugas kepolisian yang sedang berada di lokasi.
Mobil itu kemudian ditabrakkan ke pagar pembatas. Setidaknya satu orang pelaku dilaporkan turun dari mobil dan berlari ke arah Gedung Parlemen, menikam seorang petugas keamanan, sebelum akhirnya ditembak mati oleh polisi.
“Kami sudah mendeklarasikan ini sebagai insiden teroris dan komando kontra-terorisme akan melakukan investigasi skala penuh atas kejadian ini,” kata Rowley.