Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan segera mengundang Presiden Filipina, Rodrigo Duterte ke Washington. Hal itu disampaikan Kepala Staf Gedung Putih, yang menyebut tujuan utama pertemuan kedua kepala negara itu adalah pembicaraan tentang Korea Utara.
Selain Duterte, Trump juga dikabarkan mengundang Perdana Menteri Thailand dan Singapura ke Gedung Putih, guna mendiskusikan masalah yang sama.
Trump menyebut kerjasama Duterte diperlukan untuk menangani ambisi nuklir rezim Kim Jong-un.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian,
CNN melaporkan, undangan itu dikecam pembela hak asasi manusia atas perilaku Duterte, yang dianggap melakukan pelanggaran hak asasi manusia dalam pemberantasan narkotika.
Trump menyampaikan undangan tersebut pada Minggu (30/4) malam, melalui ‘percakapan telepon akrab’ dengan Duterte.
Tidak disebutkan secara pasti kapan Duterte akan berkunjung ke Washington, namun Trump dipastikan akan berkunjung ke Filipina pada November mendatang.
Dalam wawancara di program ‘This Week’ bersama
ABC, Kepala Staf Gedung Putih Reince Priebus menyatakan dukungannya atas undangan tersebut.
Priebus menyebut kerjasama dengan Filipina dan negara Asia lainnya, merupakan kunci menghadapi ancaman nuklir Pyongyang.
Di sisi lain, Priebus juga tidak mengabaikan begitu saja persoalan HAM yang membayangi Duterte, namun masalah Korea Utara harus diprioritaskan.
“Isu yang berkembang di Korea Utara semakin serius dan kita membutuhkan kerjasama dari berbagai negara di kawasan tersebut untuk menanganinya,” kata Priebus. “Kita harus punya pemahaman yang sama.”
Di sisi lain, sebelum percakapannya dengan Trump, Duterte menyebut dunia akan menderita jika Amerika Serikat dan Korea Utara tidak menyelesaikan perselisihan mereka.
“Semua orang akan menderita karena dua negara bermain dengan mainan berbahaya. Tanggung jawab berada di tangan AS karena itu adalah negara yang lebih besar, saya yakin Presiden Trump sudah waspada dan saya harap dia bisa menahan diri,” ujar Duterte.
Adapun ketegangan antara AS dan Korea Utara terus meningkat, menyusul peluncuran rudal balistik oleh rezim Kim Jong-un, Jumat lalu. Penembakan misil itu terjadi hanya beberapa saat setelah AS mendesak Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan guna menetapkan sanksi tambahan terhadap Korut.
AS juga sudah menempatkan kapal induknya di Semenanjung Korea selain mengarahkan kapal selam bersenjatakan nuklir berlabuh di Korea Selatan. Selain itu, angkatan bersenjata AS, Jepang dan Korsel pun sudah melakukan latihan militer gabungan besar-besaran.
Pada Kamis (27/4), Trump menyebut AS bisa jadi memiliki ‘konflik besar dengan Korea Utara’, namun memilih untuk melakukan resolusi diplomatik.