Banyak Perbedaan, Pertemuan Merkel-Putin Berjalan Tegang

CNN Indonesia
Rabu, 03 Mei 2017 18:42 WIB
Pertemuan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi berjalan tegang menyusul sejumlah perbedaan pandangan kedua pihak.
Pertemuan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi berjalan tegang menyusul sejumlah perbedaan pandangan antar keduanya. (Foto: Reuters/Aleksey Nikolskyi/Kremlin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kanselir Angela Merkel mengatakan, Jerman dan Rusia harus tetap menjalin dialog meski ada ketidaksepakatan di antara mereka mengenai sejumlah masalah.

"Saya selalu berpandangan bahwa meski ada perbedaan pendapat yang serius di sejumlah area, pembicaraan mesti tetap berlanjut. Jika tidak, Anda akan terdiam dan hanya menambah ketidaksepahaman," tutur Merkel usai bertemu dengan Presiden Vladimir Putin di Sochi, Rusia, pada Selasa (2/5) malam waktu setempat.

Sejumlah perbedaan pandangan disebut menyelimuti pertemuan bilateral tersebut. Putin dan Merkel dikabarkan bersilang pendapat mengenai sejumlah isu seperti konflik Suriah, krisis Ukraina, penghormatan hak sipil di Rusia, hingga dugaan intervensi Moskow dalam pemilu negara asing.
Ketegangan disebut menyelimuti pertemuan kedua pemimpin itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam konferensi pers usai pertemuan itu, bahasa tubuh serta ekspresi wajah Merkel dan Putin menggambarkan suasana tegang. Keduanya bahkan dikabarkan tak saling bertukar pandang.

Merkel mengambil pernyataan tegas ketika sejumlah wartawan menanyakan kemungkinan Rusia ikut campur dalam pemilu yang akan diselenggarakan September mendatang dengan menyebarkan berita palsu.

"Saya bukan tipe orang yang cemas, saya akan berjuang dalam pemilu berdasarkan keyakinan saya. Warga Jerman akan tegas menyikapi kasus peredaran informasi palsu," kata Merkel.
Sementara itu, Putin, yang berdiri di sebelah Merkel, merasa berang atas tudingan bahwa Rusia merencanakan strategi untuk turut mencampuri pemilu di Eropa, sama seperti tuduhan yang selama ini menganggap Moskow mencampuri pemilu Amerika Serikat pada November lalu.

Menurut Putin, tudingan soal Rusia membantu Presiden Donald Trump untuk memenangkan pemilu adalah "rumor" hasil pertikaian politik internal di AS.

"Kami tidak pernah mencampuri kehidupan politik negara asing. Kami tidak ingin siapa pun mencampuri kehidupan politik dan kebijakan luar negeri kami," ucap Putin.

Lawatan Merkel ke Sochi ini merupakan kunjungan kenegaraannya yang pertama ke Rusia sejak Negeri Beruang Merah itu mencaplok Crimea, wilayah di bagian selatan Ukraina pada 2014 silam.
Aneksasi Crimea merupakan langkah kontroversial Rusia yang memicu konfrontasi terburuk sejak Perang Dingin antara Moskow dan negara Barat.

Meski keduanya sepakat untuk menjunjung tinggi implementasi kesepakatan damai Minsk untuk menyelesaikan krisis Ukraina, Putin menyerang pemerintahan Kiev yang pro-Barat telah memaksa kelompok separatis menjauh dari negara itu.

Hal ini bertentangan dengan pendirian Berlin.

"Peristiwa di Ukraina timur adalah hasil sebuah kudeta, sebuah perubahan kekuasaan yang tidak sesuai konstitusi Kiev," tutur Putin merujuk pada penggulingan paksa pemerintahan Kiev yang pro-Moskow.
Keduanya bahkan saling serang saat Merkel menekankan pentingnya Rusia untuk menjunjung tinggi hak sipil warga seperti kebebasan berpendapat dan berasosiasi.

"Saya menekankan kepada Presiden Putin betapa pentingnya Rusia menjaga hak berdemonstrasi bagi warga dan betapa pentingnya peran LSM," kata Merkel.

"Kami juga mendengar laporan negatif tentang perlakukan buruk terhadap kaum LGBT di Chechnya. Saya minta Presiden Putin menggunakan kewenangannya untuk menjamin hak-hak minoritas di sini," ucapnya menambahkan.

Sementara itu, Putin menyangkal bahwa pemerintahnya tak menjamin kebebasan bermasyarakat bagi warganya, khususnya terkait penangkapan para pendemo anti-Kremlin beberapa waktu lalu.
"Badan pengakuan hukum Rusia berprilaku jauh lebih terkendali dari pada lembaga di negara-negara Eropa," kata Putin tanpa menjelaskan lebih rinci seperti diberitakan Reuters.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER