Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit menyesalkan hubungan diplomatik Qatar dengan sejumlah negara besar di Timur Tengah harus terputus, menyusul tudingan bahwa Doha mendukung terorisme dan ekstremisme di kawasan.
Gheit berharap, negara-negara Arab bisa mengatasi segala perbedaan diantara mereka dan memperkuat solidaritas guna melawan ancaman keamanan di kawasan, termasuk terorisme.
"Aboul Gheit menyatakan penyesalannya atas peristiwa yang terjadi anatar Qatar dan sejumlah negara Arab yang dikhawatirkan bisa mempengaruhi kerja sama antar negara Arab," bunyi pernyataan kantor Sekjen Liga Arab, Rabu (7/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga negara teluk seperti Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain, secara mengejutkan memutus segala hubungan diplomatik dan kekonsuleran dengan Qatar pada awal pekan ini.
Saudi menyebut langkah yang belakangan diikuti oleh Mesir, Yaman, Libya, hingga Maladewa itu dilakukan dengan dalih keamanan nasional, menuding Doha mendukung pemberontak dan teroris seperti ISIS, Al-Qaidah, hingga Ikhwanul Muslimin--gerakan Islam tertua di dunia.
Baru-baru ini, Mauritania, negara di bagian Afrika Barat, bahkan turut mengikuti langkah tujuh negara tersebut dengan menarik segala misi diplomatik dengan Qatar.
Nouakchott juga mendasari keputusannya itu dengan alasan bahwa Doha telah mendukung organisasi teroris dan menyebarkan paham ekstremisme.
Gheit meminta seluruh pihak kembali menegakkan kesepatan yang telah dicapai pada 2014, saat terakhir kalinya Qatar dan negara tetangganya juga dihadapkan pada krisis diplomatik.
Doha selama bertahun-tahun merepresentasikan negaranya sebagai negara independen yang kerap menjadi mediator sejumlah perselisihan di kawasan.
Namun, seperti dikutip
Reuters, Mesir dan sejumlah negara teluk lainnya membenci langkah Qatar yang kerap mendukung kelompok-kelompok Islam seperti Ikhwanul Muslimin, yang dianggap negara lainnya di kawasan sebagai musuh politik hingga teroris.