Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan Donald Trump menghentikan program bantuan senjata dan pelatihan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) untuk para pemberontak yang menentang rezim Bashar al-Assad di Suriah, demi memperkuat hubungan dengan Rusia.
Kabar ini pertama kali diungkap oleh
Washington Post pada Rabu (19/7). Namun, juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, dan CIA bungkam ketika diminta memberikan konfirmasi.
Namun, seorang pejabat mengatakan kepada
Reuters, keputusan ini disepakati oleh Penasihat Keamanan Nasional AS, H.R. McMaster, dan Direktur CIA, Mike Pompeo, sebelum Trump bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin, di sela pertemuan G20 di Jerman.
Seorang pejabat AS lainnya mengatakan, langkah ini bukan berarti negaranya memberikan kelonggaran bagi Assad. Ia memastikan, pemerintah hanya menghentikan program CIA, sementara bantuan senjata dan pelatihan dari militer masih tetap berjalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, keputusan untuk menghapus program yang sudah berjalan sejak 2013 ini merupakan "sinyal kepada Putin bahwa pemerintah ingin meningkatkan hubungan dengan Rusia."
Sejak resmi menjabat pada Januari lalu, Trump terus diguncang isu mengenai kedekatannya dengan Rusia. Kini, Kongres AS bahkan sedang menggelar penyelidikan besar-besaran untuk membuktikan tudingan bahwa Rusia mengintervensi pemilu November lalu untuk membantu Trump.
Trump sendiri memang sudah mengutarakan keinginannya untuk mencabut bantuan kepada kelompok pemberontak di Suriah sejak masa kampanye. Menurutnya, AS sebaiknya lebih berkonsentrasi memberantas ISIS, bukan menggulingkan Assad.