Jakarta, CNN Indonesia -- Kisruh yang kian meruncing di Bukit Bait Suci yang merupakan kompleks peribadatan bagi kaum Muslim, Kristen dan Yahudi, ikut membuat Amerika Serikat khawatir.
Gedung Putih pun mengungkapkan keprihatinannya dengan meminta Israel dan Yordania melakukan upaya untuk meredam ketegangan.
“Amerika Serikat sangat prihatin dengan ketegangan yang terjadi di Bukit Bait Suci atau Haram Al-Sharif, situs suci bagi Yahudi, Muslim dan Kristen. Kami meminta Israel dan kerajaan Yordania untuk meredam ketegangan dan mencari solusi demi menjamin keamanan publik dan mempertahankan status quo di situs tersebut,” demikian bunyi pernyataan Gedung Putih, dikutip
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Amerika Serikat akan terus memantau perkembangan ini,” tambahnya.
Ketegangan di Bukit Bait Suci bermula usai Israel meningkatkan penjagaan di situs suci tersebut dengan memasang detektor logam, setelah dua tentara Israel terbunuh pada Jumat lalu.
Selain itu, Israel juga memasang kamera pengawas di pintu-pintu masuk situs suci.
Peningkatan keamanan itu mendapat protes keras dari Palestina dan pemerintah Yordania yang meminta Israel mempertahankan status quo.
Warga Muslim Palestina menunjukkan protes dengan menolak masuk ke Masjid Al-Aqsa dan melakukan ibadah di luar gerbang. Sementara sekelompok perusuh menyerang pasukan keamanan Israel di timur Yerusalem dan melukai dua orang polisi.
Di sisi lain, pembubaran umat Muslim usai salat malam oleh polisi Israel di Lions Gate pada Selasa (18/7) berujung bentrok yang melukai 50 warga sipil.
Pejabat Waqf Yordania pun melakukan protes dengan menolak masuk ke Bait Suci dengan alasan peningkatan pengamanan, dengan memasang detektor logam, melanggar hak-hak ibadah umat Muslim.
Absennya para pejabat Waqf itu dimanfaatkan sekelompok Yahudi untuk melanggar aturan di Bait Suci sehingga harus dikawal keluar oleh petugas keamanan.
Hal itupun memicu penutupan akses ke Bait Suci bagi umat Yahudi dan pengunjung lainnya.