Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memulai kunjungannya ke negara-negara Teluk untuk meredakan perseteruan diplomatik dengan salah satu sekutu Turki, Qatar. Menurutnya, tidak ada satu pihak pun yang ingin krisis itu berkepanjangan.
Sebagai pemimpin negara yang membantu Qatar dalam krisis ini, Erdogan sempat berbicara di Jeddah dengan Raja Salman. Menurut laporan kantor berita
SPA yang dikutip
AFP, saat itu, Salman memuji upaya yang dilakukan Presiden Turki dalam memerangi terorisme, menyebutnya "sangat luar biasa."
Dia juga bertemu dengan putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman sebelum bertolak ke Kuwait dan melanjutkan rangkaian kunjungannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erdogan disambut oleh Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah yang bertindak sebagai penengah dalam menyelesaikan krisis ini.
Pada 5 Juni, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar. Kelima negara itu menuding Qatar mendukung ekstremisme dan menjalin hubungan baik dengan Iran, musuh bebuyutan mereka di kawasan.
Doha selama ini menampik klaim tersebut dan Ankara selalu mendukungnya menghadapi negara-negara tersebut.
Erdogan akan mengunjungi Qatar untuk pertama kalinya berjumpa dengan Emir Sheikh Tamin bin Hamad al-Thani sejak krisis tersebut pecah.
"Tidak ada satu pihak pun yang ingin krisis ini berkepanjangan," kata Erdogan sebelum meninggalkan Istanbul.
Dia menuding "para musuh" mencoba untuk "memanaskan ketegangan di antara saudara-saudara" di kawasan.
Erdogan memuji sikap Qatar dalam krisis ini yang telah mencoba untuk mengakhiri permasalahan melalui dialog. "Saya harap kunjungan saya bisa bermanfaat bagi kawasan," ujarnya.
Krisis ini menempatkan Turki di posisi yang sulit dan Erdogan telah berulang kali ingin masalah ini diselesaikan .
Beberapa tahun belakangan, Qatar mencuat menjadi sekutu nomor satu Turki di Timur Tengah. Ankara dan Doha secara dekat berkoordinasi terkait sejumlah isu termasuk konflik Suriah dan keduanya merupakan musuh bebuyutan Presiden Bashar al-Assad.