Jakarta, CNN Indonesia -- Raja Salman pemimpin Arab Saudi pada Selasa waktu setempat (26/9) memerintahkan agar perempuan diperbolehkan untuk mengemudi. Langkah ini mengakhiri tradisi konservatif yang dipandang para pegiat hak sebagai lambang represi perempuan di kerajaan.
Kerajaan yang menjadi tempat kelahiran Islam ini telah mendapatkan kritik luas karena menjadi satu-satunya negara di dunia yang melarang perempuan mengemudi, meski beberapa tahun belakangan sudah ada kemajuan bertahap dalam isu kesetaraan seperti peran perempuan di ranah publik, terutama di bidang tenaga kerja.
Walau berupaya untuk mengembangkan citra lebih modern beberapa tahun belakangan, larangan mengemudi ini telah lama mencoreng nama Arab Saudi di muka internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dekrit kerajaan tersebut memerintahkan pembentukan badan kementerian untuk memberikan masukan dalam waktu 30 hari dan mengimplementasikan perintah pada 24 Juni, kata kantor berita SPA, sebagaimana dikutip
Reuters.
Dekrit menetapkan bahwa langkah itu mesti "mengaplikasikan dan mematuhi standar syariah yang diperlukan," merujuk pada hukum Islam. Pernyataan itu tidak memberikan banyak detail, tapi menyebut mayoritas Dewan Cendikiawan Religius Senior, badan ulama teratas Arab Saudi, telah menyetujuinya.
Satu jam setelah pengumuman resmi di dalam negeri, Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat Pangeran Khaled bin Salman mengatakan langkah itu merupakan "hari besar bersejarah dalam kerajaan kami."
"Saya rasa pemimpin kami mengerti bahwa masyarakat sudah siap. Saya rasa itu adalah keputusan yang tepat di saat yang tepat," ujarnya.
Reaksi positif langsung bermunculan dari dalam kerajaan maupun di seluruh dunia.
Kementerian Luar Negeri AS menyambut baik langkah tersebut sebagai "langkah yang sangat baik ke arah yang benar," sementara Gedung Putih menyatakan Presiden Donald Trump memuji keputusan itu dan "akan terus mendukung Arab Saudi dalam upaya memperkuat masyarakat dan ekonomi melalui reformasi."
(aal)