Jakarta, CNN Indonesia -- Karpet merah yang dipersiapkan China untuk menyambut kedatangan
Donald Trump menjadi sandungan tersendiri bagi Presiden Amerika Serikat tersebut.
Publik China mempertanyakan keputusan pemerintah menggelar karpet merah bagi Trump, berbeda dengan
Barack Obama yang turun dari tangga pesawat kepresidenan tanpa sambutan meriah ketika berkunjung ke Beijing pada September 2016.
Tak hanya warganet, isu ini juga menjadi sorotan sejumlah pengamat, termasuk ahli hubungan internasional dari Universitas Studi Luar Negeri Beijing, Li Yonghui.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Li, sambutan ini terlalu berlebihan bagi seorang presiden yang perilakunya sangat sulit ditebak, meski China memang sedang berupaya memperbaiki hubungan dengan AS di bawah pemerintahan Trump.
Mengamini opini Li, seorang ahli dari Harvard University China, Roderick MacFarquhar, pun memperingatkan Beijing agar lebih berhati-hati dalam menyambut Trump.
"Yang paling buruk mengenai dia, dan yang harusnya sangat mengkhawatirkan China, adalah bahwa saya saja tidak yakin Trump mengetahui apa yang akan dia lakukan dari hari ke hari," kata Farquhar kepada
Guardian.
Sejumlah pengamat lain juga menganggap ada perbedaan sikap cukup signifikan antara Trump dan Presiden China,
Xi Jinping, menjelang kunjungan kenegaraan ini.
Sebelumnya, Trump dan Xi selalu berselisih paham, terutama mengenai perdagangan dan kebijakan untuk mengatasi ambisi rudal dan nuklir Korut.
Selama ini, Trump menganggap Xi "curang" karena menerapkan pajak tinggi terhadap barang AS, sementara Washington memberikan cukai rendah untuk produk China.
Namun, sehari sebelum bertolak dari Korea Selatan ke China, Trump memuji "kemenangan politik yang sangat hebat" Xi setelah kembali terpilih menjadi pemimpin Partai Komunis China pada kongres partai Oktober lalu.
Spesialis politik China dari Universitas Hong Kong Baptist, Jean-Pierre Cabestan, mengatakan bahwa Trump ingin menyenangkan hati Xi sebelum memasuki perdebatan memusingkan mengenai perdagangan dan hubungan ekonomi China-Korut.
"Ini tak mewakili seorang presiden normal dari sebuah negara demokratis yang besar. Dia melakukan ini untuk menjaga suasana hati Xi karena dia akan menyampaikan hal yang tidak enak kepadanya," kata Jean-Pierre Cabestan, spesialis politik China dari Universitas Hong Kong Baptist, kepada
AFP.
[Gambas:Video CNN]Sebaliknya, Xi juga menunjukkan itikad baik dengan menyebut Trump sebagai sahabat dan menyiapkan sambutan besar-besaran bagi Presiden AS itu.
China bahkan dilaporkan sudah memoles istana kekaisaran di dekat Forbidden City untuk menyambut Trump sebelum bertemu dengan Xi di hari kedua kunjungannya.
Meski demikian, Li Yonghui tetap memperingatkan China untuk mewaspadai "bahaya" ketidakpastian pemikiran presiden AS itu dengan mengatakan, "Trump adalah presiden yang sangat unik."
(has)