Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan ribu massa menggelar aksi demonstrasi di Tel Aviv, Israel. Demonstrasi ini dilakukan sebagai atas aksi protes kasus korupsi di tubuh pemerintahan dan lambannya investigasi terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Netanyahu dicurigai menerima gratifikasi barang mewah dari para pendukungnya. Ia juga mendapat tuduhan membuat kesepakatan rahasia dengan penerbit harian yang paling laris, Yediot Aharonot. Kesepakatan itu dilakukan agar Netanyahu mendapat peliputan yang menguntungkannya.
Para pengunjuk rasa berkumpul di sebuah jalan raya besar kawasan elit di kota Israel pada Sabtu (2/12) malam waktu Israel. Berdasarkan laporan AFP, sejumlah massa meneriakkan ‘
Shame’ dan ‘
Bibi go home’. Bibi adalah julukan perdana menteri tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demo yang dijuluki dengan '
The march of shame' ini dimotori oleh para pemimpin demonstrasi telah melakukan demonstrasi setiap minggu di depan rumah Jaksa Agung Avishai Mandelblit dalam beberapa bulan terakhir.
“Bibi dan pemerintahannya menghancurkan negara ini. Sudah cukup banyak korupsi yang terjadi,” kata salah seorang demonstran Michal, yang juga penduduk Tel Aviv.
[Gambas:Video CNN]Pemimpin oposisi Ishak Herzog mengungkapkan solidaritasnya dengan para pendemo lewat unggahan di Facebook.
“Frustrasi ... berasal dari perasaan tidak adil, jijik terhadap korupsi dan keberatan moral terhadap undang-undang yang dibuat untuk mengukur satu orang,” tulisnya.
Sementara itu, Parlemen Israel pada Senin (27/11) lalu menyampaikan pembacaan kedua dan ketiga dari sebuah undang-undang. Lawan-lawan Netanyahu menyebut undang-undang ini sengaja dibuat untuk membantunya bertahan dalam penyelidikan polisi.
Pendukung undang-undang ini, David Amsalem, mengatakan bahwa dia juga berusaha untuk melindungi hak dan reputasi tersangka. Amsalem sendiri berasal dari dari Partai Likud, yang merupakan partai asal Netanyahu.
Netanyahu dicurigai telah menerima gratifikasi dari orang-orang kaya, termasuk pengusaha Israel dan produser Hollywood Arnon Milchan. Pihak berwenang menyebutkan telah menginterogasi Milchan terkait hal itu.
Milchan sendiri merupakan seorang teman lama Netanyahu, yang dilaporkan mengirimkan berkotak-kotak cerutu mahal dan barang-barang lainnya senilai puluhan ribu dollar (sekitar ratusan juta rupiah). Polisi menduga pemberian adalah bentuk penyuapan.
Selain itu, polisi juga menduga kalau Yediot Aharonot meminta Netanyahu untuk mengekang pesaingnya, Israel Hayom. Hal itu dilakukan sebagai imbal jasa atas peliputan Yediot Aharonot yang menguntungkan Netanyahu. Meski demikian, pihak kepolisian belum yakin kalau perjanjian ini telah diselesaikan.
Hingga saat ini, Netanyahu terus membantah bahwa dirinya bersalah. Ia tetap mengatakan bahwa dirinya telah menjadi target kampanye negatif dari lawan-lawan politiknya.
(eks)