Jakarta, CNN Indonesia -- Duta Besar Kazakhstan untuk Indonesia, Ashkat Orazbay, mengatakan minimnya penumpang menjadi alasan sampai saat ini penerbangan langsung dari Jakarta menuju Astana dan sebaliknya tidak dibuka.
Padahal, menurutnya, kedua pemerintah telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) sebagai dasar hukum pembukaan penerbangan langsung antara kedua negara.
“Dua tahun lalu kedua negara sudah tandatangan MoU sebagai basis legal pembukaan penerbangan langsung. Tapi masalahnya tidak ada perusahaan seperti Garuda dan maskapai Kazakhstan yang mau membuka penerbangan langsung karena tidak ada penumpang,” kata Orazbay saat ditemui di Jakarta, Selasa (12/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orazbay mengakui jumlah turis Kazakhstan yang berkunjung ke Indonesia maupun sebaliknya masih terbilang kecil. Padahal, kedua negara memiliki banyak situs wisata yang menjanjikan.
Berdasarkan data Kedutaan Besar RI di Astana, tercatat hanya 10.000 turis Kazakhstan yang berkunjung ke Indonesia pada 2015. Hampir seluruhnya mengunjungi Bali, itu pun hanya sesekali pada waktu dan musim tertentu.
Sementara itu, di tahun yang sama, ada sekitar 75.000 turis Kazakhstan yang berkunjung ke Thailand dan sekitar 15.000 lainnya ke Malaysia.
“Saat ini penerbangan langsung bukan opsi yang realistis bagi kedua negara. Jika memang mau dibuka pun, penerbangan Astana-Denpasar lebih realistis dibandingkan ke Jakarta karena yang mengunjungi ibu kota biasanya pejabat pemerintah atau pengusaha,” kata Orazbay.
Selain penerbangan langsung, Orazbay juga mengatakan pemerintahnya tengah mempertimbangkan memberlakukan bebas visa bagi warga Indonesia.
Meski kementerian luar negeri Kazakhstan dikabarkan telah menyepakati rekomendasi itu, Orazbay mengatakan pengajuan bebas visa bagi Indonesia masih menunggu persetujuan sejumlah kementerian lainnya.
Selama ini, Kazakhstan telah memberlakukan aturan bebas visa bagi sedikitnya 40-50 negara yang sebagian besar merupakan negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, dan Singapura.
Salah satu alasan Astana belum memberikan bebas visa bagi WNI, kata Orazbay, adalah lantaran Indonesia masih dianggap sebagai negara yang berpotensi mendatangkan imigran ilegal ke negaranya.
“Tapi tidak seperti China, Pakistan, Afghanistan, dan Iran ya, Indonesia tidak terlalu mengancam soal masalah imigran ilegal jadi maka dari itu kami mulai rekomendasikan Indonesia masuk daftar bebas visa kami,” kata Orazbay.
“Isu imigran ilegal sangat sensitif bagi kami karena itu kami sangat berhati-hati memberi aturan bebas visa. Kazakhstan wilayah besar dengan populasi sedikit. Jika tak mengontrol pemberlakuan bebas visa bisa-bisa Kazakhstan dihujani imigran dari negara tetangga yang penduduknya berlebih,” kata dia tanpa menyebut negara yang dimaksud.
(nat)