Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyatakan kesiapan mereka untuk membantu jika Indonesia ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
“Indonesia memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan IAEA siap membantu jika kalian memutuskan untuk membangun PLTN,” ujar Direktur Jenderal IAEA, Yukiya Amano, seusai bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri RI, AM Fachir, di Jakarta, Senin (5/2).
Yukiya menyatakan IAEA akan mendukung karena tenaga nuklir merupakan salah satu sumber listrik yang paling ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tenaga nuklir memiliki kelebihan. Listrik yang dihasilkan nuklir memiliki kandungan karbon paling rendah. Sepertiga dari pasokan listrik rendah karbon dihasilkan dari tenaga nuklir sekarang ini,” tutur Yukiya.
Namun, Yukiya menegaskan bahwa IAEA tidak akan mengintervensi dan menyerahkan keputusan itu sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia.
“Keputusan itu terserah pada Indonesia dan kami tidak mengintervensi keputusan itu. Namun, jika Indonesia ingin memakai tenaga nuklir, kami dapat membantu penggunaan tenaga nuklir dengan aman dan berkesinambungan," kata diplomat Jepang yang terpilih sebagai Ketua Badan Atom Dunia pada Juli 2009 itu.
Isu mengenai pembangunan PLTN di Indonesia ini sudah lama bergulir. Sejumlah perusahaan asing, seperti dari China dan Rusia, bahkan sudah menawarkan kerja sama untuk pembangunan PLTN pertama di Indonesia.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Badan Pengusahaan (BP) Batam pun sudah melakukan studi awal untuk menjejaki kemungkinan pembangunan PLTN di tanah tersebut.
Berdasarkan jajak pendapat Sigma Research pada 2015, 75 persen warga Indonesia sendiri mendukung pendirian PLTN karena dianggap dapat menjamin ketersediaan pasokan listrik.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di seluruh wilayah Indonesia, pemerintahan Presiden Joko Widodo berencana membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas 35 ribu MW dalam jangka lima tahun terhitung sejak 2015.
Namun, Jokowi pernah mengatakan bahwa kebutuhan akan PLTN belum mendesak karena Indonesia masih memiliki banyak sumber daya yang bisa diolah menjadi tenaga listrik, salah satunya air.
Jokowi mengatakan, pemerintah akan lebih fokus mengembangkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) atau mikrohidro karena ada potensi besar.
(nat)