Jakarta, CNN Indonesia --
Bangladesh mendesak
Myanmar untuk menarik mundur ratusan tentara yang ditempatkan dekat kamp pengungsi
Rohingya di perbatasan. Kehadiran militer Myanmar bersenjata lengkap membuat takut para pengungsi Rohingya, di tengah rencana pemulangannya ke Myanmar.
Protes itu disampaikan saat Kementerian Luar Negeri Bangladesh memanggil Duta Besar Myanmar di Dhaka, Kamis (1/3).
"Kementerian Luar Negeri memanggil utusan Myanmar dan menyampaikan bahwa penempatan militer semacam itu akan menciptakan kebingungan dan meningkatkan ketegangan di perbatasan," bunyi pernyataan Kemlu Bangladesh sebagaimana dikutip AFP, Jumat (2/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menlu Bangladesh juga meminta dubes menyampaikan kepada pihak berwenang Myanmar untuk sesegera mungkin menarik mundur pasukan militer dan senjatanya di daerah tersebut," lanjutnya.
Dhaka menyebut pasukan Myanmar berada dekat kamp yang menampung 6.000 pengungsi Rohingya yang melarikan diri sejak krisis kemanusiaan melanda di negara bagian Rakhine Agustus lalu.
Pejabat perbatasan Bangladesh telah meminta bertemu dengan petugas perbatasan Myanmar untuk meminta penjelasan dan mengurangi ketegangan. Namun, sumber Bangladesh mengatakan petugas perbatasan Myanmar belum menanggapi permintaan itu karena "alasan sibuk".
Personel Myanmar dilaporkan telah meningkatkan patrolinya di perbatasan dalam beberapa minggu terakhir. Ratusan personel tersebut berpatroli di balik pagar kawat berduri disepanjang perbatasan yang hanya berjarak beberapa meter saja dari penampungan pengungsi.
"Mereka membawa setidaknya 14 tangga dan mencoba mengintimidasi kami [pengungsi] dengan mencoba memanjat pagar pembatas untuk mendatangi kamp dan mengusir kami," ucap seorang pemimpin Rohingya, Mohammad Arif, di perbatasan Tombru.
Insiden ini terjadi ketika Myanmar dan Bangladesh sepakat bekerja sama memulangkan sedikitnya 750 ribu Rohingya yang telah melarikan diri dari kekerasan dan persekusi di Rakhine.
Proses pemulangan pengungsi seharusnya dimulai sejak akhir Januari lalu, namun diundur karena minimnya persiapan dan keengganan para pengungsi untuk kembali ke kampung halamannya karena takut keamanan mereka tidak terjamin.
Ribuan pengungsi Rohingya bahkan dilaporkan melarikan diri dari tempat penampungan mereka di Bangladesh saat hendak dipulangkan ke Myanmar.
(nat)