Jakarta, CNN Indonesia -- Ketegangan mulai menurun di
Semenanjung Korea sejak awal tahun lalu. Setelah serangkaian uji coba rudal dan nuklir yang mengkhawatirkan pada 2017,
Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara, mengutarakan niat berdamai dengan
Korea Selatan dalam pidato di awal tahun ini.
Seoul merespons itikad baik tersebut dengan mengundang delegasi dan atlet Korea Utara ke Korea Selatan dalam rangka Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, Februari kemarin.
Korea Selatan benar-benar memanfaatkan turnamen olah raga itu untuk merangkul Korea Utara. Hingga akhirnya Kim Jong-un tidak hanya sepakat bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, tapi juga berjanji untuk melucuti senjata nuklirnya demi pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada
CNNIndonesia.com, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-beom, mengisahkan upaya diplomasi
fast track yang dilakukan Seoul untuk menggiring Korea Utara kembali ke meja perundingan.
Bagaimana pemerintah Korea Selatan melihat niat baik Korea Utara yang mulai mau membuka diri untuk berdialog?Kami merencanakan pertemuan puncak antar-Korea yang akan berlangsung sekitar akhir April. Setelah itu berlanjut dengan pertemuan bersejarah lainnya, yakni Presiden Amerika Serikat dengan Pemimpin Korea Utara pada Mei.
Saya menilai apapun motivasi maupun alasan dibaliknya, ini adalah berkat upaya bersama dan konsisten dari pemerintah Korsel. Terutama dari Presiden Moon Jae-in yang terus merangkul Korut.
Saya juga meyakini bahwa Pemimpin Korut mulai menyadari bahwa hubungan dengan dunia luar menguntungkan negaranya. Pemerintah Korut juga mulai menyadari pentingnya kembali ke meja perundingan.
Solidaritas internasional ikut membantu kita sampai pada titik ini. Upaya bersama dari komunitas internasional yang terus memberikan tekanan dan sanksi kepada Korea Utara berdasarkan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga turut berkontribusi mendorong Korut hingga mau mengubah pendekatannya kepada Korsel dan bahkan AS.
Bagaimana rakyat Korsel menanggapi perkembangan ini?Secara umum saya menilai warga Korea Selatan menyambut baik perkembangan luar biasa ini.
Masyarakat di Ibu Kota Seoul menganggap perkembangan ini sebagai suatu langkah yang menjembatani Korsel dan Korut. Di saat bersamaan, perbaikan relasi ini juga menjembatani hubungan antara AS dan Korut yang telah terputus sejak lama.
 Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File Photo Pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang yang menyatukan petinggi AS, Korsel dan Korut. |
Apa saja yang ingin diraih pemerintah Korsel dalam pertemuan Presiden Moon dan Kim Jong-un?Saat ini terlalu dini untuk memprediksi hasil seperti apa yang akan didapat dalam pertemuan nanti.
Tapi tentunya ada beberapa hal yang harus didiskusikan karena seluruh komunitas internasional, termasuk Korsel, secara tegas mendesak perlucutan senjata nuklir Korea Utara secara menyeluruh.
Dan kami terus mempertahankan posisi kami bahwa program nuklir dan rudal Korut tidak bisa diterima sama sekali. Kami ingin sekali melihat tidak ada uji coba nuklir dan rudal. Saya pikir hal ini juga sudah dinyatakan sendiri oleh Pemimpin Korut Kim Jong-un saat dia bertemu dengan delegasi Korsel di Pyongyang.
Selain isu denuklirisasi, apa isu lain yang akan dibahas bersama Korut?Pada dasarnya kami fokus pada isu denuklirisasi. Tapi banyak sekali hal yang harus didiskusikan sebab pertemuan puncak ini adalah yang pertama sejak 11 tahun terakhir. Pertemuan pemimpin kedua negara terkahir kali berlangsung pada 2007 lalu.
Tapi tujuan utama seluruh negara terkait dalam pertemuan itu adalah menciptakan perdamaian dan kesejahteraan yang abadi di Semenanjung Korea. Kita telah hidup dalam ketegangan selama hampir setahun kemarin dengan banyaknya uji coba rudal dan nuklir.
Saat ini kita sedang melihat secercah cahaya harapan, a ray of hope, yang bersinar di Semenanjung Korea. Jadi kita harus memanfaatkan kesempatan berharga ini supaya terus menggiring ke arah pertukaran dialog dan kerja sama yang lebih banyak lagi dan berkelanjutan antara Korut dan Korsel. Dan juga antara Korea Utara dan Amerika Serikat serta negara-negara lainnya.
Apakah waktu dan lokasi pertemuan bersejarah ini sudah diputuskan?Saat delegasi Korsel berkunjung ke Pyongyang telah ada kesepakatan dari kedua negara bahwa pertemuan puncak akan berlangsung sekitar akhir April. Sekitar satu setengah bulan lagi. Dan tempatnya di Panmunjom.
Ini adalah sebuah desa dimana perjanjian gencatan senjata (yang menghentikan perang Korea) ditandatangani. tempat pertemuan disebut Peace House, Rumah Perdamaian.
Jadi ini sangat simbolis karena rumah itu dinamai 'perdamaian. Ini jadi titik awal untuk kedua negara mendiskusikan mekanisme perdamaian yang bisa berlaku di Semenanjung Korea.
Apakah pertemuan puncak nanti memperbesar kesempatan kedua negara untuk mencapai traktat perdamaian atau bahkan reunifikasi?Pada titik ini sebenarnya sangat sulit dikatakan. Unifikasi adalah sebuah tujuan akhir, bukan saja buat bangsa Korea tapi juga untuk seluruh kawasan, bahkan mungkin untuk Indonesia.
Korea sudah terpisah lebih dari 60 tahun, dalam status yang tidak normal, sehingga menurut saya semua orang berharap Korut harus bersatu secara damai.
Namun, di saat bersamaan, unifikasi juga merupakan sebuah proses, jika tidak, itu akan sangat keras dan melewati humpy bumpy road, jalan yang penuh guncangan.
Bagaimana unifikasi yang ideal menurut pandangan pemerintah Korsel?Jadi saya menganggap unifikasi harus berjalan beriringan dengan lebih banyak konteks, lebih bebas, lebih luas, dan lebih banyak pertukaran serta kolaborasi. Lebih banyak proyek-proyek bersama sehingga bisa memudahkan jalan menuju perdamaian.
Saya pikir melalui dialog antar-Korea, termasuk pertemuan puncak April nanti, bisa membantu untuk membangun kepercayaan dan keyakinan. Menurut saya, dengan dialog secara bertahap dan rutin, dengan penguatan kerja sama, akan semakin memudahkan mencapai tujuan akhir di mana kedua Korea bisa bersatu.
 Foto: The Presidential Blue House/Yonhap via REUTERS Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Chung Eui-yong, Kepala Badan Keamanan Nasional Korsel. |
Tantangan seperti apa yang selama ini menghalangi kedua Korea untuk bicara? Kenapa baru sekarang?Dalam diplomasi tidak ada yang namanya "waktu yang tepat". Kita tidak bisa hanya duduk diam menunggu waktu yang tepat itu datang. Kita justru harus berupaya menciptakan waktu yang tepat itu, bukan hanya menunggunya tiba.
Seluruh energi dan upaya yang kita lakukan dalam seluruh proses ini. Dimulai dengan mengundang utusan khusus dan atlet Korut ke Korsel saat Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang. Juga mengundang pejabat tinggi Amerika Serikat untuk hadir dalam pembukaan sekaligus penutupan Olimpiade. Ini semua adalah upaya diplomasi, layaknya pertunjukan sirkus, untuk menunjukkan kepada Korut betapa sungguh-sungguh dan tulusnya pendekatan kami kepada mereka.
Beberapa pihak menganggap semua niat baik Korut ini hanyalah cara Pyongyang mengulur waktu agar bisa memperkuat pengembangan senjata nuklirnya. Bagaimana pendapat Anda soal ini?Di luar niat atau agenda terselubung Korea Utara, saya pikir seluruh masyarakat dan negara di dunia menyambut baik perkembangan positif ini.
Kuncinya adalah bagaimana membuat momentum ini berkelanjutan dengan solidaritas internasional, termasuk dari Indonesia. Dan juga bagaimana membuat niat positif Korea Utara untuk kembali ke meja negosiasi bersama Korea Selatan dan Amerika Serikat dengan sungguh-sungguh dan tulus.
Faktor lain adalah kita harus mencari kesempatan lain. Jendela kesempatan selalu sempit. Jadi kuncinya adalah bagaimana kita meraih kesempatan dan menggunakan kesempatan yang ada di depan kita secara maksimal sehingga bisa diterjemahkan ke dalam pencapaian yang nyata. Sehingga akan ada hasil nyata yang menguntungkan Korea Utara dan Korea Selatan, dan mungkin juga seluruh masyarakat global.
Bagaimana impresi Anda tentang Indonesia?(menggunakan bahasa Indonesia) Selamat, saya baru datang ke Jakarta satu bulan yang lalu, saya sangat senang kembali ke Indonesia. Ini seperti pulang kampung. Saya sudah bekerja di kedutaan korea untuk Indonesia dua tahun dari 2003-2005.
(Kembali ke bahasa Inggris) Jadi ini seperti rumah kedua saya. Dan selalu menyenangkan untuk kembali ke rumah, bertemu dengan teman-teman lama.
Makanan Indonesia apa yang Anda sukai?Saya suka semuanya. Masakan padang, Bali. Semuanya. Saya secara pribadi suka masakan pedas.
[Gambas:Video CNN] (nat)