Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) gagal mengadopsi resolusi rancangan Rusia yang akan mengutuk "agresi terhadap
Republik Arab Suriah oleh AS dan sekutu-sekutunya yang melanggar hukum internasional dan Piagam PBB".
Dalam sidang DK PBB, Sabtu (14/4), itu, hanya Rusia, Cina, dan Bolivia yang mendukung rancangan resolusi. Delapan negara memilih menentang rancangan itu.
Empat negara lainnya menyatakan abstain, yakni Peru, Kazakhstan, Ethiopia, dan Equatorial Guinea.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, setidaknya resolusi itu membutuhkan sembilan suara mendukung dan tidak ada veto dari Rusia, Cina, Prancis, Inggris, atau Amerika Serikat, agar bisa lolos. DK PBB sendiri beranggotakan 15 negara.
"Mengapa Anda tidak menunggu hasil penyelidikan yang Anda minta?" cetus Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, seusai pemungutan suara itu, seperti dikutip dari Reuters.
Hal itu dikatakannya terkait dengan serangan Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris dengan sasaran yang diklaim sebagai pusat program senjata kimia Suriah.
Nebenzia juga menuduh Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris "menunjukkan ketidakpatuhan terhadap hukum internasional."
 Pesawat sekutu bersiap lepas landas untuk melakukan serangan di Suriah, 13 April. ( Cpl L Matthews, 83EAG, Royal Air Force Photographer/Ministry of Defence Handout via Reuters) |
Sidang kali ini merupakan yang kelima kalinya sejak terjadi serangan yang diduga menggunakan senjata kimia di Douma, Suriah, pekan lalu. Atas dasar dugaan itulah tiga negara sekutu itu melancarkan serangan ke Suriah.
"Saya berharap kepala yang panas akan mendingin, dan itu akan terjadi," imbuh Nebenzia, kepada wartawan.
Dalam pertemuan DK PBB itu, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris berdalih bahwa aksi militer mereka di Suriah adalah sah.
"Kami yakin bahwa kami telah melumpuhkan program senjata kimia Suriah. Kami siap untuk mempertahankan tekanan ini, jika rezim Suriah cukup bodoh untuk menguji tekad kami," kata Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley.
"Jika rezim Suriah menggunakan lagi gas beracun itu, Amerika Serikat siap meluncurkan senjatanya," kata Haley.
Peneliti internasional dari pengawas senjata kimia global saat ini berada di Suriah dan memulai penyelidikan dugaan serangan senjata kimia pada Sabtu (14/2). Rusia dan Suriah mengatakan tidak ada bukti serangan senjata kimia.
Dalam pernyataannya di DK PBB, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak semua negara "untuk menahan diri dalam keadaan berbahaya ini dan untuk menghindari tindakan yang dapat meningkatkan masalah dan memperburuk penderitaan rakyat Suriah."
Sebelumnya, DK PBB gagal menyepakati tiga rancangan resolusi soal serangan senjata kimia di Suriah. Rusia memveto AS, sementara dua resolusi yang disusun Rusia gagal mendapatkan sembilan suara untuk lolos.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Prancis Perancis Francois Delattre mengatakan Perancis, Amerika Serikat dan Inggris berencana untuk mengajukan rancangan resolusi baru.
Tujuannya, membongkar program senjata kimia Suriah, memusnahkan terorisme, menuntut gencatan senjata di seluruh wilayah Suriah, dan menemukan solusi politik untuk konflik.
(arh)