ANALISIS

Kim dan Trump Belum Tentu Sepakati Denuklirisasi

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Senin, 11 Jun 2018 09:40 WIB
Masalah denuklirisasi menjadi fokus pertemuan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura, Selasa (12/6).
Pemimpin Korut Kim Jong-un disambut Menlu Singapura Viivian Balakrisnan saat tiba di Singapura, Minggu (10/6). ( SINGAPORE'S MINISTRY OF COMMUNICATIONS AND INFORMATION/via REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah berada di Singapura. Keduanya baru akan bertemu di Hotel Capella, Pulau Sentosa, Selasa (12/6).

Belum jelas apa detail persoalan yang bakal dibahas. Namun, masalah denuklirisasi atau perlucutan senjata nuklir telah sejak awal disebut-sebut sebagai topik utama pertemuan.

Analis Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siswanto, menganggap tidak akan ada hasil signifikan dari pertemuan Kim dan Trump.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siswanto mengatakan AS masih perlu bersabar untuk membuat Korut sepakat melucuti senjata nuklir sepenuhnya. Sebab, Kim Jong-un nampak tak akan mudah menyepakati permintaan Trump di pertemuan perdana mereka hari ini.


"Tidak ada yang terlalu signifikan akan dihasilkan dalam pertemuan mereka. Jika dilihat dari posisi sekarang, belum ada kepastian karena pihak AS ingin denuklirisasi, sisi lain Korut belum menunjukkan setuju ke arah sana," kata Siswanto kepada CNNIndonesia.com.

"Menurut saya Kim Jong-un tidak akan menyatakan sepakat denuklirisasi dalam pertemuan ini. Yang signifikan bisa dicapai dalam pertemuan adalah bahwa Trump dan Kim Jong-un berhasil bertemu di meja perundingan."

Siswanto mengatakan perjalanan Semenanjung Korea menuju denuklirisasi memang masih panjang. Namun, cepat atau lambatnya semua bergantung sejauh mana AS bisa mengakomodasi keinginan Korut.

Untuk membuat pertemuan ini lebih substansial, kata Siswanto, Trump harus bisa menunjukkan gesture yang sungguh-sungguh kepada Kim Jong-un bahwa AS mau memenuhi permintaan Korut yakni jaminan keamanan.

Kim Jong-un tiba di SingapuraFoto: SINGAPORE'S MINISTRY OF COMMUNICATIONS AND INFORMATION/via REUTERS
Kim Jong-un tiba di Singapura


Sebab, selama ini salah satu alasan Pyongyang terus mengembangkan senjata nuklir dan rudalnya adalah untuk membendung ancaman Washington. Siswanto menuturkan Trump harus bisa meyakinkan Kim Jong-un bahwa AS tidak akan berupaya menggulingkan rezimnya meski Korut sudah melucuti senjata nuklir.

"Semua tergantung Trump. Apakah Trump sungguh-sungguh mau kasih jaminan kepada Korut atau tidak. Artinya, Trump juga harus bisa mengerti bahwa keamanan bagi Kim Jong-un adalah menghentikan latihan gabungan AS-Korsel dan payung nuklir AS dengan Korsel dan Jepang."

Senada dengan Siswanto, pengamat politik internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, menganggap pertemuan Trump-Kim 12 Juni nanti juga tak akan menghasilkan denuklirisasi.

Pertemuan kedua pemimpin itu, paparnya, hanya sebuah awal dari proses menuju denuklirisasi yang masih harus dibangun oleh AS-Korut ke depannya.

"Saya pikir dialog Trump dan Kim nanti tidak akan tuntas karena tidak akan dihasilkan kesepakatan denuklirisasi," kata Rezasyah.

"Jadi KTT nanti bagaikan fondasi awal bagi pertemuan tinggi AS-Korut selanjutnya sebab denuklirisasi itu harus bertahap, tidak mungkin dalam waktu singkat apalagi hanya dalam satu pertemuan."


Meski begitu, Dosen jurusan hubungan internasional itu mengatakan tarik ulur kepentingan pasti akan terjadi saat Trump dan Kim Jong-un bertemu nanti. Demi menjaga suasana dialog, Teuku mengatakan AS harus berbesar hati untuk lebih memahami posisi dan keinginan Korut.

Dia memaparkan Trump tidak bisa ngotot meminta Kim Jong-un melucuti senjata nuklir saat itu juga.

"Korut sebenarnya sudah menunjukkan komitmen denuklirisasi dengan mengundang wartawan asing, termasuk dari AS, menyaksikan penutupan salah satu situs nuklirnya akhir Mei lalu," papar Rezasyah.

"Korut juga baru-baru ini dilaporkan telah melucuti salah satu situs uji coba rudalnya. AS seharusnya sudah bisa baca komitmen Korut ini. Di satu sisi, AS sendiri tidak pernah melakukan hal yang dilakukan Korut tersebut."

[Gambas:Video CNN]

Lebih lanjut, Rezasyah mengatakan hal terpenting yang perlu dijaga Trump dalam pertemuannya dengan Kim Jong-un nanti adalah suasana dialog itu sendiri. Dia menuturkan Trump harus sebisa mungkin menjaga kepercayaan hingga mood Kim Jong-un saat bertemu demi melancarkan tujuan yang ingin dicapai AS.

"Selama ini, Korut menyatakan kalau senjata nuklirnya itu tidak dibuat untuk menyerang saudaranya sendiri, Korea Selatan, tapi lebih kepada untuk mempertahankan diri sendiri dari ancaman AS yang dianggapnya berbahaya," kata Rezasyah.

"Di sini Trump harus bisa meyakinkan Kim Jong-un bahwa AS bisa dipercaya oleh Korut. Kalau Kim Jong-un mood-nya buruk, dia bisa saja batalkan semua pertemuan dan ini sebuah kegagalan bagi Trump." (nat)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER