Jakarta, CNN Indonesia -- Kerabat dari 450-an pasien yang tewas karena kelebihan obat saat dirawat di rumah sakit menuntut pemerintah
Inggris untuk mengakui kesalahan di balik kematian mereka.
Laporan yang dipublikasikan oleh sebuah panel independen pada Rabu (20/6) menyimpulkan bahwa seorang dokter di Gosport War Memorial Hospital bertanggung jawab atas kebijakan memberi penawar rasa sakit dengan dosis kuat pada pasien lanjut usia hingga menewaskan ratusan orang.
"Ada pengabaian jiwa manusia dan budaya memperpendek nyawa banyak pasien," bunyi laporan itu, menambahkan bahwa kebijakan rumah sakit itu dilakukan "tanpa pembenaran medis."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibu dari Ann Reeves, Elsie Devine, dirawat di rumah sakit karena infeksi saluran urin dan jadi salah seorang pasien yang meninggal dunia dalam perawatan. Dia meninggal dunia empat pekan setelah dirawat dan Reeves meyakini kematian itu akibat dosis tinggi.
"Obat itu bisa membunuh Anda, bisa membunuh siapapun," ujarnya kepada
CNN. "Dia (Elsie Devine) tak punya kesempatan."
Laporan panel independen menduga Jane Barton, dokter sekaligus asisten klinik yang mengunjungi bangsal setiap hari, adalah orang yang bertanggung jawab atas kebijakan ini. Selama 11 tahun, dari 1989 hingga 2000, setidaknya 456 orang meninggal dunia setelah diberi diamorphine, heroin sintetis, sebagai penawar rasa sakit.
Selai itu, sekitar 200 pasien juga diduga meninggal lebih dini karena obat-obatan yang diberikan perawat di bangsal, di bawah arahan Barton.
Barton dinyatakan bersalah atas "kesalahan profesional serius" dan dikecam atas kegagalan merawat 12 pasien antara 1996 hingga 1999. Namun, dia tak pernah didakwa, berkeras dirinya selalu memprioritaskan kepentingan pasiennya.
"Sepanjang karir saya, saya selalu mencoba yang terbaik untuk seluruh pasien dan hanya memenuhi kepentingan dan kesehatan mereka sepenuh hati," ujarnya dalam pernyataan 2010 silam. Dia pensiun tak lama setelahnya.
Laporan panel independen mengklaim rumah sakit, pihak berwenang lokal dan nasional, gagal bertindak "melindungi pasien dan kerabat." Ini jadi pembenaran parsial bagi Reeves yang telah mencari kebenaran selama 19 tahun.
Namun, dia menyatakan tak akan menyerah hingga pemerintah mengakui perannya dalam tragedi ini.
"Saya adalah suaranya sekarang, dan saya tak akan berhenti, hingga seseorang di pemerintahan, di Departemen Kesehatan, bisa menenangkan saya dan berkata, 'ini alasan kami memberi ibu Anda obat tersebut'."
Pada Rabu, Menteri Kesehatan Inggris Jeremy Hunt meminta maaf "atas nama pemerintah dan NHS (Badan Kesehatan Nasional)" atas kematian yang terjadi.
(aal)