Jakarta, CNN Indonesia --
Kaisar Jepang Akihito membatalkan sejumlah tugas-tugas publiknya setelah didiagnosa menderita penyakit anemia otak, Senin (2/7).
Melalui sebuah pernyataan, Badan Urusan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang mengatakan Akihito mengeluh pusing dan mual selama beberapa hari terakhir, sebelum akhirnya didiagnosa anemia otak.
Meski begitu, Akihito, kaisar yang telah berkuasa selama tiga desawarsa itu tidak dirawat di rumah sakit. Dia akan beristirahat di Istana Kerajaan di Tokyo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip
Reuters, kantor berita
Kyodo melaporkan istri Akihito, Permaisuri Michiko masih akan memanggil Putri Ayako untuk bertemu. Ayako adalah putri ketiga mendiang Pangeran Takamado, sepupu Kaisar Akihito yang baru saja mengumumkan pertunangannya dengan seorang pengusaha, warga biasa.
Putri Ayako menjadi putri kedua kekaisaran Jepang yang akan menikahi di luar keluarga bangsawan. Langkah itu membuat dia harus menanggalkan status keluarga kerajaan kelak ketika menikah.
Kesehatan Akihito kerap menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pria 84 tahun itu telah menjalani serangkaian operasi jantung dan perawatan kanker prostat.
Sekitar akhir 2017 lalu, Akihito mengumumkan akan turun takhta pada 30 April 2019 karena alasan kesehatan. Dia khawatir kesehatannya akan semakin memberatkan dia untuk mengemban tugas publik.
Akihito pun menjadi kaisar pertama dalam dua abad sejarah kerajaan Jepang yang akan melepaskan takhtanya.
Sejak meneruskan takhta sang ayah, Kaisar Showa, pada 1989 lalu, Akihito dikenal banyak mendobrak tradisi kerajaan dan tak sedikit memicu kritik dari kaum tradisionalis di Negara Matahari Terbit itu.
Namun, di sisi lain, perubahan yang ia lakukan justru semakin mendekatkan kekaisaran dengan masyarakat Jepang.
Setelah Akihito turun, Putra Mahkota Naruhito (58) akan meneruskan tugas sebagai Kaisar Jepang.
(nat)