Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump terbuka untuk menilik kesepakatan nuklir baru dengan Iran. Namun, dia menegaskan Washington akan tetap melanjutkan penerapan sanksi terhadap Teheran.
Dilansir dari
AFP, sanksi akan tetap diterapkan walaupun ada permintaan dari pihak lain mengenai perjanjian. Trump menarik AS keluar dari kesepakatan pada bulan Mei, mengklaim rezim Iran mengkhianati komitmen dan pendanaan kegiatan dengan "menfitnah" di seluruh wilayah.
"Saya tetap terbuka untuk mencapai kesepakatan yang lebih komprehensif yang membahas berbagai macam aktivitas rezim, termasuk program rudal balistik dan dukungannya untuk terorisme," kata Trump dalam sebuah pernyataan.
Fase pertama sanksi AS terhadap Iran berlaku efektif semalam, menutup akses Iran ke uang kertas AS dan industri utama termasuk mobil dan karpet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fase kedua, yang mulai berlaku 5 November dan akan memblokir penjualan minyak Iran, karena menyebabkan lebih banyak kerusakan, meskipun beberapa negara termasuk Cina, India dan Turki telah mengindikasikan mereka tidak bersedia untuk sepenuhnya memotong pembelian energi Iran mereka.
Iran mengatakan Amerika Serikat akan 'terisolasi' karena menerapkan sanksi-sanksi kepada Iran setelah Presiden Donald Trump mundur dari kesepakatan nuklir 2015.
Dilansir dari AFP, Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengatakan intimidasi Amerika Serikat dan tekanan politik memang dapat menyebabkan gangguan.
"Tentu saja, intimidasi Amerika dan tekanan politik dapat menyebabkan beberapa gangguan. Tetapi kenyataannya adalahdi dunia saat ini, Amerika terisolasi," ujarnya kepada situs berita Iran, ISNA.
Sebelumnya, Amerika Serikat membatalkan kesepakatan nuklir 2015 pada bulan Mei lalu dan mengembalikan sanksi dengan "tekanan maksimum" untuk hampir semua sektor pada 6 Agustus dan sektor energi pada 4 November.
(age)