Jakarta, CNN Indonesia -- Oposisi
Venezuela mengatakan anggota parlemen Juan Requesens dan saudara perempuannya, yang merupakan pegiat mahasiswa, ditangkap. Penangkapan terjadi di bawah perintah Presiden Nicolas Maduro pasca-ledakan drone dalam parade militer.
"Sebanyak 14 anggota SEBIN (dinas intelijen) secara paksa menculik anggota parlemen Juan Requesens dan presiden Federasi Pusat Universitas, Rafaela Requesens," unggah Partai Keadilan Utama yang merupakan partai Requesens di akun Twitternya.
Rafaela Requesens kemudian dibebaskan dan "ditempatkan di lokasi aman", ujar ayahnya dalam tayangan video dari depan satu penjara di Caracas yang diunggah di media sosial.
Satu rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan Requesens bersaudara ini berjalan keluar dari lift dengan terburu-buru. Beberapa detik kemudian, mereka tampaknya dikejar dan ditangkap oleh agen keamanan yang sebagian mengenakan penutup wajah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kantor berita
Reuters belum bisa memverifikasi keaslian rekaman video ini.
"Sepanjang pengetahuan kami SEBIN menangkap dia di apartemennya.
"Kami sangat cemas," ujar sumber yang dengan dengan Juan Requesens namun menolak disebut identifikasinya kepada kantor berita Reuters.
Saat berpidato di televisi pada Selasa (7/8) setelah penangkapan itu, Maduro memperlihatkan rekaman video seorang pejabat militer negara itu yang mengatakan Juan Requesens terlibat dalam serangan drone tersebut.
"Seorang pemimpin oposisi kembali disebut namanya, salah satu yang paling gila dan seorang psikopat, nama keluarganya adalah Requesens," ujar Maduro dalam pidato sepanjang dua jam itu.
Isi pidato Maduro itu antara lain menuduh ketua oposisi Julio Borges merencanakan aksi pembunuhannya.
Namum presiden Venezuela ini tidak mengatakan apakah Juan Requesens, anggota parlemen berusia 29 tahun dari daerah pemiihan negara bagian Tachira, ditahan atau tidak.
 Presiden Venezuela Nicolas Maduro dituding memanfaatkan insiden ledakan drone untuk menangkap oposisi dan mengalihkan perhatian dari masalah hiperinflasi dan kekurangan pangan. (AFP/ Juan Barreto) |
Kementerian informsi Venezuela juga tidak menjawab permintaan tanggapan atas penangkapan anggota parlemen oposisi dan adiknya ini.
Namun Ketua MPR yang memiliki kekuasaan besar, Diosdado Cabello, mengatakan badan pro-pemerintah ini akan membicarakan langkah mencabut hak imunitas anggota parlemen yang terlibat dalam "upaya pembunuhan gagal" itu.
"Keadilan akan ditegakkan dengan tegas," unggah Cabello di akun Twitternya.
Sejumlah tentara berseragam, satu kelompok yang mengklaim dibentuk untuk bersatu melakukan "perlawanan" terhadap Maduro, menyatakan bertanggung jawab atas serangan drone tersebut.
Kata 'perlawanan' biasa digunakan untuk menggambarkan demonstran yang berada di bagian terdepan aksi protes jalanan tahun 2014 dan 2017.
Requesens bersaudara ini adalah bagian dari politisi muda opisisi Venezuela yang membantu menggerakkan aksi demonstrasi tahun lalu yang menyebabkan ratusan pegiat dipenjara karena dituding memimpin aksi kudeta terselubung.
Pengkritik Maduro mengatakan presiden ini memanfaatkan ledakan drone sebagai alasan untuk memenjarakan lebih banyak oposisi dan mengkonsolidasikan kekuasaan di negara yang mengalami kekurangan pangan, hiperinflasi dan pemadaman listrik rutin.
"Ini memperlihatkan upaya Maduro mengalihkan perhatian dari masalah-masalah yang melanda kita: hiperinflasi dan kelaparan," cuit Angle Alvarado, anggota parlemen dari kubu oposisi.
(yns)