Jakarta, CNN Indonesia -- Shinta Putri Dina Pertiwi, 22 tahun, akhirnya kembali ke pangkuan pertiwi. Jasadnya telah dikebumikan di Punden Bandulan, Malang, tak jauh dari kediamannya, Jumat (24/8). Shinta, mahasiswi Universitas Bayreuth, Jerman ditemukan meninggal setelah
tenggelam di Danau Trebgaster, Bavaria,
Jerman, Kamis (9/8).
Sebelum berjalan-jalan ke danau bersama dua rekannya, Shinta sempat melakukan panggilan lewat video selama satu jam dengan sang ibunda, Umi Salamah.
Umi mengaku sering berkomunikasi dengan Shinta meskipun sedang sekolah di Jerman. Biasanya mereka menghabiskan waktu video call selama satu hingga dua jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasa yang sering diceritain kalo lagi video call mengenai kegiatannya, makanan, belajar, kegunaan ilmunya dan keinginannya yang besar untuk membantu rakyat Indonesia yang tidak mampu," kata Umi saat dihubungi
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Menurut Umi, sejak kecil Shinta adalah anak yang humoris, ramah, mudah bergaul dengan siapa saja, dan memiliki toleransi yang tinggi.
"Shinta punya cita-cita dari kecil ingin menjadi dokter atau ahli gizi dengan tujuan agar bisa membantu orang banyak," kata dia.
Sosok Shinta sangat menarik perhatian karena selain fokus terhadap pendidikannya, dirinya juga aktif di dunia non-akademik.
"Dia hobi berenang, bermain tenis, menari, dan bisa bermain empat alat musik, yaitu ukulele, seruling, biola, dan keyboard," ujarnya.
Shinta merupakan sosok yang humoris, sehingga dirinya sering bercanda dengan anaknya dan membahas cerita-cerita lucu.
Sebelum melanjutkan studi ke Jerman, Shinta sering minta ibunya masak makanan favoritnya. "Makanan favorit Shinta yang biasa minta dimasakin itu sayur bobor pedas daun singkong campur udang," kata dia.
Perempuan yang berprofesi sebagai dosen tersebut menyebutkan kenangan yang paling berkesan adalah saat melihat Shinta sedang makan durian.
"Kenangan paling berkesan kalo melihat dia lagi makan durian. Dia suka sekali durian. Kenangan lain pas lagi rekreasi bersama."
Selama lima tahun menempuh pendidikan di Jerman, Shinta belum pernah pulang ke Malang, Umi memahami karena alasannya sangat mulia.
"Alasannya karena dirinya sadar bahwa orang tuanya bukan orang kaya namun selalu berjuang mewujudkan cita-cita anaknya, karena itu dirinya mesti pandai mengatur uang agar tercapai cita-citanya," kata dia.
Rencananya Shinta yang akan diwisuda pada Desember mendatang akan pulang ke Malang untuk mempersiapkan pernikahan. Namun sayang, nasib berkata lain.
Umi tidak pernah lupa kalimat yang selalu diucapkan Shinta kepada dirinya jika sedang menghabiskan waktu berdua.
"Dia selalu bilang bahwa cantik itu terpancar dari hati, kata, dan perilaku yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain," kata dia.
"Dia juga tidak pernah menggunakan make up karena kulitnya sangat putih bersih," kata Umi Salamah menambahkan.
Mendiang Shinta juga dikenal sebagai mahasiswi yang aktif berorganisasi, dirinya tergabung kedalam anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jerman di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
(cin/nat)