Jakarta, CNN Indonesia -- Separuh dari sekolah-sekolah di dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih, toilet atau fasilitas cuci tangan, dan membahayakan anak-anak terhadap penyakit mematikan.
Sanitasi yang buruk ancam kesehatan 900 juta anak-anak selama musim sekolah hingga beberapa murid harus melewatkan sekolah karena sakit.
"Anda tidak dapat membangun lingkungan sekolah yang berkualitas jika kebutuhan dasar ini tidak dicukupi," kata Dr Rick Johnson, seorang peneliti utama dalam proyek dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak-anak tidak akan hadir ke sekolah jika tidak ada toilet. Mereka tidak dapat belajar dengan baik dan nyaman tanpa toilet yang layak dan mengalami dehidrasi."
Para pemimpin dunia telah menandatangani perjanjian tujuan pembangunan berkelanjutan PBB untuk tahun 2030 yang menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih serta sanitasi bagi semua orang dan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan untuk semua anak.
Kekurangan air bersih dan fasilitas sanitasi dapat menyebabkan dehidrasi, penyakit dan kematian.
Namun, banyak kesehatan anak-anak beresiko karena menghadiri sekolah, menurut laporan bekerja sama antara Dana Anak-Anak Perseikatan Bangsa-Bangsa UNICEF yang terkenal dengan pembangunan sekolah dan WHO.
Mereka menemukan bahwa hampir sepertiga dari SD dan SMP kekurangan air minum yang bersih dan mempengaruhi sekitar 570 juta anak-anak. Setidaknya 20 persen dari sekolah tersebut tidak memiliki air minum yang aman dikonsumsi.
Lebih dari sepertiga sekolah tidak punya fasilitas toilet yang layak digunakan, dan mempengaruhi 620 juta anak-anak. Hampir satu dari lima SD dan satu dari delapan SMP tidak memiliki sanitasi yang baik dan sehat.
Setidaknya setengah dari sekolah-sekolah tersebut tidak memiliki fasiltas cuci tangan yang dapat cegah penyakit dan infeksi, yang berdampak pada 900 juta anak-anak, dilansir dari laporan.
Di kawasan Afrika, Asia Timur dan Tenggara terdapat negara-negara yang memiliki fasilitas sanitasi terburuk dalam sekolahnya.
"Ini sangat mengejutkan," kata Tim Wainwright, kepala eksekutif lembaga amal AIrAid, kepada Thomson Reuters Foundation.
"Akses pendidikan, kesehatan dan nutrisi akan berdampak besar bagi anak-anak."
"Gadis-gadis remaja terpaksa tidak masuk sekolah saat haid karena tidak ada fasilitas kebersihan dan sanitasi yang layak," katanya.
Lebih dari sepertiga anak perempuan di Asia Selatan tidak masuk sekolah saat mereka berhaid karena tidak memiliki akses ke toilet atau mendapat pembalut, menurut penelitian WaterAid dan UNICEF yang diterbitkan awal tahun ini.
Bank Dunia memperingatkan negara-negara untuk meningkatkan pengeluaran untuk menyediakan air bersih dan sanitasi menjadi US$150 miliar setiap tahun.
Masalah kesehatan ini akan membaik jika para pemerintahan dunia memprioritaskan penyediaan air bersih, sanitasi dan kebersihan, menurut para ahli. "Dengan komitmen dan kemauan politik, mereka bisa melayani dengan kualitas terbaik," kata Johnston.
(sab/nat)