Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir 100 imigran menerima tawaran Presiden Venezuela,
Nicolas Maduro untuk menerbangkan mereka pulang dari Lima,
Peru dengan alasan xenofobia terhadap Venezuela dan kesulitan mencari pekerjaan, Senin (26/8).
Langkah itu merupakan bagian dari skema "Return To The Homeland" pemerintah untuk melawan ledakan penduduk dan merayu anak muda Venezuela untuk bekerja di negara yang sedang dilanda krisis.
Sebanyak 97 imigran, termasuk 22 anak-anak dan empat wanita hamil diterbangkan dengan maskapai Negara, Conviasa selama lima jam untuk tiba di Caracas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Miguel Materano, 42, mengatakan bahwa ini merupakan perjalanan yang tidak bisa dia lakukan untuk melarikan diri dari situasi buruk dan xenophobia terhadap imigran Venezuela.
"Saya akan mencari pekerjaaan. Pemerintah berjanji akan membantu kami," kata dia kepada AFP.
Katiuska Anselmo mengatakan dirinya tidak dapat menemukan orang yang bisa merawat anak-anaknya saat dia bekerja di Peru.
Yusmari Arrais mengatakan dia akan kembali lagi karena dirinya tidak dapat menemukan pekerjaan saat hamil.
Seorang pejabat Venezuela mengatakan bahwa kelompok itu ditempatkan di sebuah hotel dekat Kedutaan Besar Venezuela di Lima, dimana mereka akan mendapatkan makanan dan perawatan medis.
Para pejabat juga mengatakan bahwa ini adalah salah satu gerakan penduduk terbesar dalam sejarah Amerika Selatan baru-baru ini yang diakibatkan karena ekonomi yang tidak diurus dan penindasan seperti Venezuela.
Pada Jumat (24/8), Menteri informasi Venezuela, Jorge Rodriguez mengatakan bahwa imigran akan kembali menyusul reformasi yang diumumkan oleh Maduro pada pekan lalu untuk melawan hiperinflasi yang diperkirakan oleh Dana Moneter Internasional akan melampaui satu juta persen di tahun ini.
Menurut angka dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dari 2,3 juta orang Venezuela yang tinggal di luar negeri, lebih dari 1,6 juta orang telah meninggalkan negara itu sejak krisis dimulai pada 2015.
Menurut PBB, sebanyak 4.000 orang telah tiba setiap hari di Ekuador, Peru, Kolombia dan Brasil.
Namun eksodus besar-besaran telah melanda tetangga Venezuela, dengan wabah xenofobia di Peru dan Brasil di mana penduduk setempat melihat layanan seperti kesehatan dan pekerjaan terancam oleh pendatang.
Oscar Perez, kepala sekelompok orang Venezuela di Lima mengatakan pemerintah Venezuela akan menggunakan kelompok itu untuk tujuan propaganda.
"Saya sama sekali tidak ragu bahwa penerbangan ini adalah bagian dari rencana politik dengan dipimpin oleh Nicolas Maduro sendiri yang hanya ingin mendiskreditkan diaspora Venezuela di Peru," kata dia kepada
AFP."Kami akan melihat mereka di seluruh radio dan televisi dalam beberapa hari mendatang, dan Nicolas Maduro mengatakan bahwa di Peru mereka diperlakukan dengan buruk," kata dia menambahkan.
(cin/nat)