Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina
Rodrigo Duterte minta maaf kepada mantan Presiden AS
Barack Obama karena menyebutnya "anak pelacur" pada 2016 yang menyebabkan hubungan kedua negara sekutu ini mencapai titik terendah.
Duterte mengemukakan makian ini sebagai balasan atas kritik yang dikeluarkan AS secara terus menerus terhadap kebijakan keras mengatasi masalah narkoba di Filipina. Kebijakan keras Duterte ini pun dikecam luas oleh dunia internasional.
Akan tetapi, presiden Filipina ini mengatakan hubungan negaranya dengan Amerika semakin membaik sejak Presiden Donald Trump berkuasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duterte menyebut Trump sebagai "teman baik" yang menggunakan "bahasa yang sama dengan saya".
"Saat ini sangat pantas untuk mengatakan kepada Obama bahwa dia sekarang warga biasa dan saya minta maaf karena mengeluarkan pernyataan itu," ujar Duterte di hadapan warga Filipina di Israel pada Minggu (2/9).
Presiden Filipina ini mendarat di Israel untuk melakukan kunjungan empat hari yang bertujuan mencari negara pejual peralatan militer baru dan juga menciptakan langkah melindungi pekerja asal negara itu di luar negeri.
"Jika (dalam) hati anda memaafkan, maafkan. Saya telah memaafkan anda, seperti kepada pacar saya ketika bujangan...saya sudah memaafkan mereka semua," kata Duterte.
Setelah terpilih menjadi presiden pada 2016, Duterte dengan cepat memiliki reputasi sebagai tokoh yang suka menggunakan kata kasar terhadap pengkritiknya. Tim presiden Filipina ini berusaha mengurangi hal tersebut atau menjelaskan inti pernyataan dia.
Dia menyebut Paus Fransiscus dan duta besar AS untuk Filipina "anak-anak pelacur". Dia juga mengeluarkan kata-kata makian di PBB dan memberi jari tengah ketika berpidato menentang parlemen Eropa.
Duterte sering menghujat para pengkritik langkah mengaasi masalah narkoba di Filipina yang telah menewaskan 4.410 terduga pedagang atau pengguna narkoba. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan jumlah korban tewas dalam operasi pemerintah ini tiga kali lebih besar dan masuk dalam kategori kejahatan terhadap kemanusiaan. Duterte memaki Obama menjelang pertemuan regional di Laos dua tahun lalu dan menyebabkan AS membatalkan pertemuan antara kedua presiden ini. Obama kemudian menyebut Duterte sebagai "pria berwarna" ketika mendesaknya melakukan kampanye anti-narkoba "dengan benar". Presiden Filipina Duterte juga memicu kritik lain menjelang keberangkatan ke Israel ketika dia menyatakan angka perkoaan tinggi di kota Davao disebabkan oleh besarnya jumlah perempuan cantik di sana.  Kebijakan keras Presiden Rodrigo Duterte terhadap narkoba dikecam oleh dunia internasional dan juga warga Filipina sendiri. (Reuters/Czar Dancel) |
"Mereka mengatakan banyak kasus perkosaan di Davao," kata Duterte dalam pidato pada Kamis (30/8). "Selama masih banyak perempuan cantik, jumlah perkosaan pun akan tinggi juga."
Duterte beberapa kali mengeluarkan canda terkait pemerkosaan di depan publik sebelumnya, dan pernyataan terkini itu segera dikecam oleh pembela hak-hak perempuan.
"Kecantikan tidak menyebabkan perkosaan, pemerkosa yang menyebabkan itu," ujar Anggota Parlemen Filipina Risa Hontiveros, yang juga pengkritik keras Duterte.
(yns)