Tolak Globalisme, Dinilai Jadi Strategi Trump Menangkan Pileg

Tim | CNN Indonesia
Kamis, 27 Sep 2018 16:46 WIB
Pengamat menilai bahwa pidato Trump di PBB yang tolak globalisme dilakukan sebagai langkah untuk meraih simpati rakyat AS dalam Pileg 6 November mendatang.
Foto: REUTERS/Carlos Barria
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai bahwa pidato Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Sidang PBB terkait patriotisme AS dan menolak globalisme dilakukan untuk mencari simpati pemilih bagi Partai Republikan di AS jelang pemilihan legislatif.

"Pidato Trump menurut saya cuma untuk memberi kesan pada pemilih Republikan di AS mendekati mid-term election," tutur Pengamat Hubungan Internasional, Pertahanan dan Keamanan Asia Pasifik CSIS, Fitriani, ketika dihubungi CNNIndonesia.com via pesan teks, Kamis (27/9).

Sebab, tanggal 6 November mendatang AS akan mengadakan pemilihan legislatif untuk dewan kongres di negaranya. Sehingga pernyataan kontroversial AS pada pidato di PBB menurut Fitriani dilakukan untuk mengamankan posisi partai Republikan dari partai lawan, Demokrat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika Republikan memenangkan pemilu legislatif, Fitriani menyebut hal ini akan memuluskan jalan untuk meloloskan kebijakan-kebijakan Trump.

"Kalau yang mayoritas Demokrat, berarti nanti upaya Trump untuk menggolkan kebijakan lebih sulit karena negosiasi di kongres berjalan lebih lambat," tulisnya lagi.

Lebih lanjut, Fitriani menilai bahwa pidato Trump terkait patriotisme itu memang sejalan dengan kampanyenya sejak awal sebelum terpilih.

"Semenjak Presiden Trump terpilih, memang dia konsisten dengan kampanyenya "American First". Jadi dia ngga bermain lagi di globalisme," tukasnya.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menyampaikan pidatonya di rapat PBB (Reuters/Carlo Allegri)

Langkah mundur

Pengamat Center for Strategic and International Studies (CSIS) itu juga menilai bahwa kebijakan Trump yang lebih mendukung isolasi AS dengan mendukung patriotisme ketimbang globalisme adalah sebuah langkah mundur.

"Saya kecewa dengan Presiden Trump yang menolak globalisme dan mendukung patriotisme,(Ini adalah sebuah) kemunduran.

Fitri mencontohkan, saat pertemuan PBB kemarin Presiden Trump sempat memprakarsai komitment untuk menghapuskan perdagangan narkoba.

Usulan ini sejalan dengan kepentingan AS yang ingin menurunkan krisis opioid di negara itu. Sebab banyak warga negaranya yang over dosis.

"AS hanya pro globalisasi saat menguntungkan dirinya saja," lanjutnya.

Bumerang

Selain itu, untuk menunjukkan kedigdayaan AS, juga mengancam musuh-musuhnya agar berhati-hati dengan negara itu jika tak ingin dikenai sanksi. Namun, menurut Fitriani kebijakan ini malah menjadi bumerang bagi AS.

Ia mencontohkan ketika Trump juga mengancam negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC. Pemimpin AS itu menyebut negara OPEC telah menekan produksi agar harga minyak naik. Akibatnya harga BBM di AS ikut terkerek naik. Hal ini menurutnya bisa menjadi persepsi buruk bagi Partai Republikan jelang Pileg AS.

Padahal menurut Fitriani, OPEC telah menaikkan produksi minyak. Kenaikan harga minyak ini justru naik karena berkurangnya pasokan minyak dunia akibat diblokirnya Iran dari perdagangan.

"(Sehingga) negara-negara lain tidak bisa membeli minyak dari Iran, jadilah harga minyak naik," tegasnya.

AS kembali memberi sanksi dagang kepada Iran setelah menganggap Iran tetap mengembangkan senjaga nuklir. AS juga memaksa negara-negara lain untuk memberi sanksi pada Iran, terutama kepada aliansi negara-negara yang dekat dengan AS.

(eks/eks)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER