Jerman Akan Permudah Imigrasi Atasi Kekurangan Pekerja

Tim | CNN Indonesia
Rabu, 03 Okt 2018 10:10 WIB
Jerman akan memudahkan aturan imigrasi ke negaranya untuk menarik pekerja asing untuk mengatasi kekurangan pekerja di negaranya.
Ilustrasi (REUTERS/Hannibal Hanschke)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jerman akan memudahkan aturan imigrasi ke negaranya untuk menarik pekerja asing. Mereka juga terbuka untuk imigran yang memiliki catatan kelakuan baik atau imigran tak tetap, seperti diungkap menteri terkait, Selasa (2/10).

Saat ini Jerman tengah dilanda kekurangan pekerja setelah angkatan penduduk mereka bergerak menua.

Putusan ini diambil setelah pembicaraan maraton hingga larut malam antara partai CDU kanan-tengah, CSU sekutu Bavaria mereka, CSU dan SPD kiri-tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kanselir Angela Merkel, menyepakati strategi baru yang dipaksakan untuk memerangi kekurangan pekerja Jerman. Strategi yang baru diputuskan ini belum disahkan oleh parlemen agar menjadi undang-undang.

Migran yang tinggal tanpa izin dan mereka yang menunggu keputusan tentang aplikasi suaka atau deportasinya, mungkin bisa tetap tinggal. Terutama jika mereka terbukti dapat bekerja dengan baik dan bisa berbaur dengan masyarakat Jerman.

Pencari kerja di luar Uni Eropa juga bisa datang ke Jerman selama enam bulan untuk mencoba mencari pekerjaan, seperti koki, pekerja metalurgi atau teknisi TI. Syaratnya, mereka bisa berbicara bahasa Jerman.

Pameran teknologi IFA di Jerman. Saat ini negara itu tengah kekurangan tenaga kerja di bidang metalurgi dan teknologi informasi (AFP PHOTO / Tobias SCHWARZ)
Namun mereka tidak akan memiliki akses ke sistem jaminan sosial Jerman dan harus membuktikan bahwa mereka dapat membiayai hidup mereka selama mereka tinggal.

Koalisi menyebut bahwa 500 juta pekerja dari blok sekitar Uni Eropa tidak akan cukup untuk menjaga ekonomi Jerman berdetak.

"Itu sebabnya kami membutuhkan pekerja dari negara ketiga," jelas Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer dalam konferensi pers.

Dengan angka pengangguran yang berada pada rekor rendah sejak reunifikasi, perusahaan-perusahaan di ekonomi terbesar Eropa mengeluhkan krisis kekurangan pekerja akan mengancam pertumbuhan.

Berdasarkan data dari Institut Ekonomi Jerman yang berbasis di Cologne, pekerja di bidang matematika, komputasi, ilmu alam dan teknologi, kekurangan 338.200 pekerjaan pada September, seperti dilaporkan mingguan bisnis Handelsblatt.

Menteri Ekonomi Peter Altmaier mengatakan bahwa aturan baru ini akan membantu perusahaan kecil dan menengah Jerman. Sebab, sebelumnya mereka mesti bersaing dengan perusahaan besar yang telah memburu orang-orang terbaik di negeri itu.

Masalah imigran Jerman

Jerman sempat dilanda protes anti-imigran akibat tingginya gesekan antara warga lokal dan kaum imigran (Fabrizio Bensch)
Pada saat yang sama, para menteri masih berusaha untuk memisahkan antara imigram pencari suaka dan para pencari kerja. Sebab, saat ini Jerman telah sangat terpolarisasi oleh kedatangan lebih dari satu juta pencari suaka sejak 2015. Kebanyakan adalah imigram muslim yang melarikan diri dari perang di Irak, Suriah dan Afghanistan.

Para menteri menekankan bahwa aturan imigrasi baru ini tidak dirancang untuk memperbolehkan pelamar suaka yang gagal untuk mendapatkan tempat tinggal di Jerman dengan beralih menjadi tenaga kerja.

Sebaliknya, aturan baru ini bertujuan untuk memberikan "solusi pragmatis" bagi para migran yang telah berada di Jerman untuk periode yang lama. Tapi mereka tidak bisa dideportasi karena mereka berisiko menghadapi penyiksaan di negara asal mereka.

Daftar kriteria akan disusun untuk kasus-kasus seperti itu, kata para menteri.

Ini adalah "solusi pragmatis yang mencerminkan realitas," kata Menteri Pekerjaan Hubertus Heil, menambahkan bahwa itu akan menghindari kasus-kasus Jerman "mengirim orang yang salah kembali".

Di sisi lain, pemimpin AfD, Alexander Gauland, segera menuduh pemerintah berusaha menabur kebingungan di antara penduduk dengan mencampur suaka dan imigrasi. (eks/eks)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER