Jakarta, CNN Indonesia -- Sistem senjata baru
Pentagon yang dikembangkan oleh Kementrian Pertahanan
Amerika Serikat (AS) ternyata mudah diretas oleh musuh. Hal ini diungkap oleh badan penguji akuntabilitas pemerintahan (The Government Accountability Office - GAO)
Menurut mereka, Pentagon tidak menyadari betapa mudahnya musuh untuk mendapatkan akses ke komputer dan perangkat lunak sistem senjata mereka tanpa terdeteksi.
GAO juga mengatakan bahwa titik lemahnya dimulai dari kata sandi yang buruk dan komunikasi yang tidak terenkripsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jalur akses untuk sistem ini terus bertambah jumlahnya dan tidak dipahami oleh operatornya sendiri, bahkan sistem non-jaringannya menjadi sangat rentan.
Laporan GAO menyalahkan militer AS karena tidak memasukan keamanan jaringan ke dalam proses desain dan akuisisi untuk senjata yang bergantung pada komputer.
GAO juga menambahkan bahwa pengembang senjata seringkali tidak memahami isu-isu mengenai keamanan siber.
"Karena kurangnya perhatian pada keamanan siber dari sistem senjata," jelas GAO.
"Pentagon mungkin memiliki seluruh sistem yang dirancang dan dibangun tanpa mempertimbangkan keamanan siber yang memadai."
"Dalam satu kasus, butuh tim penguji dua orang selama satu jam hanya untuk mendapatkan akses awal ke sistem senjata. Butuh satu hari untuk mendapatkan kontrol penuh dari sistem yang mereka uji," tulisnya.
"Mereka bisa melihat secara real-time, apa yang dilihat operator di layar mereka dan dapat memanipulasi sistem."
Namun, antara 2012 dan 2017, para penguji di Kementrian Pertahanan AS secara rutin telah menemukan kerentanan yang berbahaya dalam semua sistem persenjataan yang sedang dikembangkan.
"Dengan menggunakan alat dan teknik yang relatif sederhana, penguji dapat mengendalikan sistem dan sebagian besar beroperasi tanpa terdeteksi. Dalam beberapa kasus, operator sistem tidak efektif menanggapi peretasan," tulisnya.
Hal ini meningkatkan risiko karena sistem senjata Pentagon dan sistem lainnya semakin berhubungan dan memiliki ketergantungan dengan perangkat lunak dan jaringannya.
Laporan itu muncul ketika pemerintah AS melihat hal ini sebagai upaya peretas yang didukung pemerintah Rusia dan China untuk menembus jaringan komputer pemerintah dan sektor swasta untuk mencuri data atau sekedar menimbulkan kekacauan.
(cin/eks)