
Filipina Ragu China Bikin Kode Etik Adil Laut China Selatan
CNN Indonesia | Selasa, 30/10/2018 01:16 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin menyatakan ragu 10 negara anggota Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) dan China bisa merumuskan aturan kode etik yang mengikat secara hukum, terkait sengketa Laut China Selatan.
"Mungkin kita tidak akan bisa sampai pada kode etik yang mengikat secara hukum," kata Locsin dalam konferensi pers di Kota Davao, Filipina, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (29/10).
"Tapi, itu akan menjadi standar tentang bagaimana negara-negara ASEAN, pemerintah ASEAN berperilaku satu sama lain dengan hormat, tidak pernah agresi, dan selalu mendukung untuk kemajuan bersama," lanjut dia.
Locsin menyatakan hal itu selepas mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi.
Pada tahun ini, ASEAN dan China memulai negosiasi agar dapat meredakan ketegangan terkait sengketa Laut China Selatan. Sebab kawasan perairan itu sangat padat di mana sekitar US$3 triliun komoditas dibawa melewati zona itu setiap tahunnya.
Locsin tidak menyampaikan pernyataannya secara detail terkait alasan dirinya meragukan kesepakatan yang akan dicapai.
China merupakan negara yang mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Mereka bahkan telah membuat pulau buatan dan mendirikan pangkalan militer.
Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga memiliki klaim di wilayah itu yang dinilai memiliki jumlah potensi penangkapan ikan sangat besar.
Australia, Jepang, dan AS telah mendesak ASEAN dan China guna memastikan kode etik tersebut benar-benar dapat mengikat secara hukum.
Sementara itu, para kritikus mengatakan keraguan itu muncul karena adanya kegagalan terkait efektifitas kode etik jika itu ditegakkan.
Para diplomat China memastikan bahwa ASEAN akan mematuhi apa pun yang akan disepakati dalam negosiasi yang sedang berlangsung.
China berharap negosiasi mengenai masalah ini dapat diselesaikan pada 2021.
Wang juga meyakinkan bahwa Filipina tidak akan menjadi ancaman bagi negara tetangganya yang lebih kecil.
"China tidak pernah dan tidak akan menjadi saingan bagi Filipina," katanya saat membahas kunjungan presiden Xi Jinping ke Manila pada bulan depan. (cin/ayp)
"Mungkin kita tidak akan bisa sampai pada kode etik yang mengikat secara hukum," kata Locsin dalam konferensi pers di Kota Davao, Filipina, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (29/10).
"Tapi, itu akan menjadi standar tentang bagaimana negara-negara ASEAN, pemerintah ASEAN berperilaku satu sama lain dengan hormat, tidak pernah agresi, dan selalu mendukung untuk kemajuan bersama," lanjut dia.
Locsin menyatakan hal itu selepas mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi.
Pada tahun ini, ASEAN dan China memulai negosiasi agar dapat meredakan ketegangan terkait sengketa Laut China Selatan. Sebab kawasan perairan itu sangat padat di mana sekitar US$3 triliun komoditas dibawa melewati zona itu setiap tahunnya.
Locsin tidak menyampaikan pernyataannya secara detail terkait alasan dirinya meragukan kesepakatan yang akan dicapai.
China merupakan negara yang mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Mereka bahkan telah membuat pulau buatan dan mendirikan pangkalan militer.
Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga memiliki klaim di wilayah itu yang dinilai memiliki jumlah potensi penangkapan ikan sangat besar.
Australia, Jepang, dan AS telah mendesak ASEAN dan China guna memastikan kode etik tersebut benar-benar dapat mengikat secara hukum.
Sementara itu, para kritikus mengatakan keraguan itu muncul karena adanya kegagalan terkait efektifitas kode etik jika itu ditegakkan.
Para diplomat China memastikan bahwa ASEAN akan mematuhi apa pun yang akan disepakati dalam negosiasi yang sedang berlangsung.
China berharap negosiasi mengenai masalah ini dapat diselesaikan pada 2021.
Wang juga meyakinkan bahwa Filipina tidak akan menjadi ancaman bagi negara tetangganya yang lebih kecil.
"China tidak pernah dan tidak akan menjadi saingan bagi Filipina," katanya saat membahas kunjungan presiden Xi Jinping ke Manila pada bulan depan. (cin/ayp)
ARTIKEL TERKAIT

Pengamat: RI Mampu Pimpin ASEAN Jadi Pusat Perdagangan Dunia
Internasional 1 tahun yang lalu
Perang Dagang AS-China Disebut Bisa Untungkan Indonesia
Internasional 1 tahun yang lalu
China-ASEAN Gelar Latihan Militer di Laut China Selatan
Internasional 1 tahun yang lalu
Stres, Juru Bicara Duterte Mengundurkan Diri
Internasional 1 tahun yang lalu
Dibayangi Sanksi AS, Indonesia Tetap Beli Sukhoi Rusia
Internasional 1 tahun yang lalu
Polisi Filipina Tembak Mati Kakak Beradik Pemimpin ISIS Lokal
Internasional 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

Tim Voli Putra Indonesia Raih Emas SEA Games 2019
Olahraga • 10 December 2019 18:45
Chimera, Spesies Babi-Monyet Pertama Dunia Lahir di China
Teknologi • 10 December 2019 14:41
Kemenkeu Ramal Perang Dagang Lanjut Walau Trump Kalah Pilpres
Ekonomi • 10 December 2019 07:51
China Bakal Singkirkan Komputer dan Software 'Asing'
Teknologi • 10 December 2019 06:45
TERPOPULER

Jet Su-35 Rusia Dilaporkan Cegat Serangan Israel di Suriah
Internasional • 4 jam yang lalu
FOTO: Suasana Pasca Letusan Gunung di Selandia Baru
Internasional 1 jam yang lalu
Boris Johnson Rebut Ponsel Wartawan di Tengah Wawancara
Internasional 1 jam yang lalu