Jakarta, CNN Indonesia --
China mendukung upaya
Myanmar untuk menghadirkan stabilitas di negaranya di tengah kecaman negara lain terkait kekerasan terhadap etnis minoritas Muslim
Rohingya di negara bagian Rakhine.
Dukungan ini disampaikan oleh Perdana Menteri China, Li Keqiang, ketika bertemu pemimpin defacto Myanmar, Aung San Suu Kyi, di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Singapura.
"Pihak China mendukung upaya Myanmar menjaga stabilitas dalam negeri serta mendukung Myanmar dan Bangladesh untuk menyelesaikan masalah pemulangan kaum Rohingya ke Rakhine melalui dialog dan konsultasi," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri China mengutip ucapan Li.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"China bersedia memberikan dukungan yang diperlukan kepada pihak-pihak terkait dalam hal ini."
China memang memiliki hubungan yang dekat dengan Myanmar. Sebelumnya, China bahkan menyebut operasi militer Myanmar di Rakhine sebagai satu hal yang sah untuk memberantas pemberontak.
Suu Kyi pun mengucapkan terima kasih kepada China karena selalu memberikan bantuan dan terus mendukung proses perdamaian, termasuk terkait masalah kaum Rohinya di Rakhine.
Isu Rohingya kembali muncul ke permukaan sejak Agustus tahun lalu, ketika kelompok bersenjata Rohingya menyerbu satu pangkalan militer dan sejumlah pos polisi Rakhine sebagai upaya untuk menuntut keadilan.
Militer Myanmar kemudian menggencarkan "operasi" pembersihan Rakhine dari kelompok pemberontak Rohingya. Namun ternyata, mereka juga membunuh sipil Rohingya dan membakar rumah etnis minoritas itu.
Setidaknya seribu orang tewas akibat bentrokan itu, sementara 700 ribu orang Rohingya lainnya kabur ke Bangladesh.
Pada 30 Oktober lalu, Myanmar dan Bangladesh sepakat untuk memulai pemulangan kaum Rohingya pada 15 November.
Namun, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan bahwa kondisi di Rakhine belum kondusif.
Pada Kamis (15/11), rencana pemulangan ratusan ribu pengungsi Rohingya ke Myanmar batal akibat para pengungsi melakukan aksi unjuk rasa di Bangladesh dan menolak untuk kembali.
China sendiri kini sedang menjadi sorotan karena dilaporkan menahan satu juta orang minoritas Muslim Uighur di Xinjiang. Para Uighur itu dilaporkan dimasukkan ke dalam kamp di mana mereka dicekoki paham komunisme.
(cin/has)