Jakarta, CNN Indonesia -- Klub golf mewah milik Presiden
Donald Trump di New Jersey, Amerika Serikat, dilaporkan mempekerjakan imigran ilegal.
The New York Times mengungkap berita ini setelah mewawancarai seorang imigran asal Guatemala, Victorina Morales, yang sudah menjadi asisten rumah tangga di Klub Golf Nasional Trump di Bedminster.
Bekerja sejak 2013, Morales bertugas merapikan tempat tidur Trump dan membersihkan toiletnya setelah dipakai.
Menurut Morales, ia pertama kali dipekerjakan di bawah satu dokumen perjanjian yang aneh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, Morales direkrut bersama seorang rekannya, Sandra Diaz, yang juga merupakan imigran ilegal.
Awalnya, ia merasa takut, tapi penyelia di klub tersebut berupaya agar para pekerja tersebut tak terdeteksi sehingga mereka dapat terus bekerja.
Diaz lantas mengenang saat amarah Trump memuncak pada 2012 lalu, ketika konglomerat itu menemukan noda di kerah kaus golfnya. Ia hanya terdiam meski bisa saja membela diri dengan mengatakan bahwa noda bekas
makeup itu memang tak dapat dibersihkan.
Walau demikian, Diaz dan Morales menganggap Trump sebagai orang yang baik hati. Ia bahkan sering memberikan tip sebesar US$50 atau US$100, padahal mereka hanya dibayar US$13 perjam.
Pandangan para pekerja itu mulai berubah ketika Trump terus melontarkan komentar negatif mengenai imigran. Setelah itu, para penyelia pun sering memanggil mereka, "imigran ilegal yang bodoh."
"Kami lelah dengan penganiayaan dan cemoohan ini. Ia mengolok kami padahal dia juga tahu bahwa kami yang membantu mereka mendapatkan uang," ucap Diaz kepada
The New York Times.
"Kami susah payah memenuhi kebutuhannya dan tetap menahan emosi atas semua hinaannya."
[Gambas:Video CNN]Ketika Trump mengumumkan pencalonannya sebagai presiden pada 2016 lalu, banyak pekerja imigran ilegal di tempat itu lantas dipecat.
"Banyak orang yang pergi," kata Morales.
Namun, New York Times melaporkan bahwa tidak ada bukti Trump dan para pejabat dalam perusahaan Trump Organization mengetahui hal ini atau tidak.
"Kami punya puluhan ribu karyawan di berbagai properti kami dan kami menerapkan sistem perekrutan yang ketat," kata juru bicara Trump Organization dalam sebuah pernyataan kepada
AFP.
"Jika ada karyawan yang memberikan dokumen tidak sah untuk menghindari hukum, mereka akan segera dipecat."
(has)