Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan
Amerika Serikat, Patrick Shanahan, melakukan kunjungan mendadak ke
Afghanistan. Agenda lawatannya dilaporkan untuk membahas perundingan damai dengan
Taliban, yang sudah berperang dengan mereka selama lebih dari 17 tahun.
"Penduduk Afghanistan harus memutuskan mau jadi seperti apa negara mereka. Ini bukan soal Amerika Serikat, tetapi Afghanistan," kata Shanahan seperti dilansir
Associated Press, Senin (11/2).
Shanahan mengaku diminta oleh Presiden Donald Trump untuk membicarakan soal perdamaian dengan Taliban, dan bukan soal penarikan pasukan. Dia mengklaim proses perundingan damai untuk Afghanistan segera diputuskan tidak lama lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, sampai saat ini Taliban menolak berunding satu meja dengan pemerintah Afghanistan. Sebab mereka tidak mengakui pemerintahan yang saat ini dipimpin Presiden Ashraf Gani karena dianggap boneka AS.
Menurut kepala delegasi perundingan AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, proses pembicaraan perdamaian berjalan lancar. Dia berharap kesepakatan damai benar-benar terjadi pada Juli mendatang.
Shanahan juga baru kali ini mengunjungi Afghanistan. Mantan petinggi Boeing itu menduduki jabatan itu pada 1 Januari lalu karena menteri sebelumnya, Jim Mattis, memutuskan mengundurkan diri sejak Desember 2018. Dia sebelumnya menjadi wakil Menteri Pertahanan.
Komandan Komando Pusat AS, Jenderal Joseph Votel, menyatakan yakin perdamaian Afghanistan akan tercapai, dan AS serta Taliban sepakat dalam meja perundingan. Meski begitu, dia menyatakan kekuatan Taliban tidak bisa dianggap remeh. Sebab, pekan lalu saja serangan mereka di Provinsi Kunduz menewaskan belasan tentara Afghanistan.
Apalagi, Afghanistan saat ini juga menjadi tempat berlindung bagi kelompok ISIS-Khorasan. Mereka adalah para militan asing yang kebanyakan dari Pakistan yang mengaku tunduk kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Sebab menurut dia, meski ISIS saat ini sudah terdesak, tetapi ancamannya tidak serta merta hilang karena ideologinya masih tersebar, dan mereka diduga menyiapkan kelompok-kelompok kecil yang saat ini memilih tiarap.
(ayp)